Arsya sudah sampai di rumah sakit Matahari sekarang. Ia segera turun dari taksi dan masuk ke dalam loby rumah sakit tersebut.
Arsya berjalan ke arah resepsionis,meminta petunjuk di mana ruangan bernomor 245
"Selamat malam kak ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis tersebut.
Arsya tersenyum," ruangan bernomor 245 ada di mana ya?"
"Kakak tinggal lurus,terus belok kiri ruangan paling pojok itu ruangan nomor 245."
"Baik kalau begitu,terimakasih."
"Sama-sama kak."
Arsya segera berjalan menuju arah yang sudah di tunjukkan resepsionis tadi. Tak lama ia sampai di depan ruang rawat nomor 245. Tanggannya terlihat repot membawa parsel buah yang ia beli di jalan tadi.
Arsya memutuskan untuk membuka pintu tersebut. Setelah masuk kedua mata Arsya seketika membulat,sedikit memanas,dan seketika tubuhnya melemas. Arsya melihat sang pacar berpelukan dengan seorang gadis yang tak lain lagi Tsana.
Tsana tersadar akan keberadaan Arsya. Ia dengan cepat melepas pelukannya. Memberi kode kepada Mahen bahwa pacar nya berada di belakangnya.
"Kak,ada kak Arsya," bisik Tsana. Dengan cepat Mahen menoleh.
Arsya tersenyum tipis. Senyumnya terlihat sedikit tak ikhlas. Arsya berusaha tidak cemburu untuk sekarang,Arsya percaya Mahen tidak akan pernah bersikap seperti tadi tanpa ada hal atau sebab.
Mahen berjalan menghampiri Arsya. Wajahnya juga terlihat tenang. Tak seperti orang ketakutan jika pacarnya akan marah setelah melihat kejadian tadi. Ini membuat Arsya semakin percaya bahwa Mahen dan Tsana tidak berbuat apa-apa di belakangnya,ia berusaha menghilangkan negative thinkingnya.
"Lo naik apa tadi?" tangan Mahen dengan cepat melingkar di atas pundak Arsya.
Arsya sedikit mendongak,menatap Mahen dalam.
"Naik taksi." Balasnya terdengar getir.
"Kenapa nggak telepon? Gue bisa jemput lo." Ujar Mahen.
Arsya menggeleng, tersenyum tipis. "Arsya nggak mau ngerepotin Mahen."
"Kak Arsya sini," ujar Tsana memanggil Arsya. Arsya tersenyum ia segera berjalan mendekat ke arah Tsana.
"Hai Tsana,gimana udah sembuh?" tanya Arsya.
"Belum. Soalnya satu minggu lagi Tsana bakal operasi. Doain ya kak."
"Pasti Arsya doain kamu. Oh ya ini buat kamu,maaf kak Arsya cuma bisa kasih itu."
"Nggak papa kak,kak Arsya kesini aja Tsana udah seneng."
"San, semalem gue di suruh ambil obat sama dokter jam berapa?" tanya Mahen menyela percakapan Arsya dan Tsana.
"Tsana sampai lupa,udah lewat lima belas menit yang lalu ternyata."
"Yaudah kak Mahen pergi ambil obat dulu ya."
"Sya temenin Tsana ya."
Arsya membalas ucapan Mahen hanya dengan anggukan saja.
Seketika seisi ruangan hening,Arsya sibuk memainkan ponselnya sedangkan Tsana merasa canggung jika harus memulai percakapan sekarang,karena melihat Arsya yang nampak serius.
"Kak Arsya marah sama Tsana?" tanya Tsana pelan.
Arsya menatap Tsana,jarinya berhenti memijat ponselnya sesaat. Setelah itu ia segera memasukan ponselnya pada sling bag panda miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [ COMPLETED ]
Teen Fiction🍁-FOLLOW SEBELUM MEMBACA-🍁 "Rasa trauma penyebab sikap dinginku hadir. Aku tak ingin bercerita,biar waktu saja yang menjawab semua." -Mahen Akassa- "Yang Arsya ingin cuma satu. Bukan cinta dari Mahen,tapi kehangatan." -Arsya Qeanna- Arsya sangat p...