🍁BAB 13 | PERIH🍁

1.3K 87 27
                                    

Perih,luka,dan sedihmu. Berlaku juga bagi ku.

🍁🍁🍁

"Mahen..."

Laki-laki itu menoleh,matanya terlihat sembab air matanya juga terlihat jelas mengalir.

Arsya benar-benar tidak tega melihat Mahen seperti ini. Ia pun segera berjongkok,duduk di samping laki-laki itu. Arsya mencoba menepuk-nepuk pelan bahu Mahen,berusaha menenangkannya.

Mahen masih diam,tak bisa mengucap apa-apa. Rasanya bibirnya sangat lemas,tatapannya masih terfokus mengarah pada papan nama makam itu.

Arsya mengikuti arah tatapan Mahen,Arsya mengerti sekarang makam ini adalah makam seorang laki-laki yang sangat Mahen sayangi. Siapa lagi kalau bukan PAPA Mahen.

"Mahen yang sabar ya," Arsya sontak memeluk tubuh Mahen sangat erat,bahkan ia juga meneteskan air matanya.

Mahen mengacak-acak puncak kepala gadis itu. Perlahan ia mulai melepaskan tangan Arsya yang melingkar di pinggangnya.

"Lo jangan nangis," ujar Mahen parau sembari mengelapi air mata gadis itu menggunakan jari jemarinya.

"Gimana Arsya nggak nangis,Arsya nggak tega kalau lihat Mahen kayak gini." Jelas Arsya.

Mahen tersenyum tipis,"lo kok bisa kesini?" tanya Mahen.

"Arsya tadi ngikutin Mahen. Habisnya Mahen tiba-tiba bilang kalau Arsya nggak boleh deket-deket lagi sama Mahen."

"Gue tau. Lo naik taksi kan?"

Arsya mengangguk. " Iya."

"Mahen jangan sedih lagi ya..."

"Gue nggak sedih kok. Cuma keinget aja sama papa gue."

"Hari ini tepat sepuluh tahun papa ninggalin gue."

"Mahen yang sabar ya,mending kita doain yang terbaik buat papa Mahen. Doain biar papa Mahen masuk surga. Arsya yakin papa Mahen di sana pasti seneng deh kalau lihat Mahen yang kuat nggak lemah kayak gini."

"Arsya tau hal ini hal yang perih buat Mahen. Arsya bahkan nggak bisa bayangin kalau Arsya udah nggak punya papa mama lagi. Arsya mungkin bisa," ujar Arsya terpotong.

Mahen mengenggam tangan Arsya. "Lo jangan ngomong gitu,mama papa lo masih ada. Sedangkan gue,"

"Emang mama Mahen kemana?"

"Nyebut nama dia aja gue jijik. Apalagi harus bahas dia."

"Kok gitu?"

"Dia perempuan yang gue benci selama ini,dimana dia pergi di saat Papa lagi koma."

"Waktu itu gue masih umur 7 tahun. Seorang mama mana yang tega ninggalin putra dan suaminya yang lagi sakit. Gue sendiri nemenin papa sampai papa menghembuskan nafas terakhir di hadapan gue."

Tiba-tiba hujan mengguyur seluruh Jakarta. Membuat Mahen dan Arsya segera meninggalkan makam papa Mahen untuk berteduh.

"Mahen ujannya deras nih,kita pulang aja ya."

MAHEN [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang