🍁BAB 22 | STATUS🍁

1.3K 81 67
                                    

Bacanya pelan-pelan ya..

🍁🍁🍁

Arsya semakin mengeratkan pelukannya begitu juga dengan Mahen. Mahen berusaha memberikan rasa nyaman dan ketenangan bagi gadis ini,ia tau Arsya masih sangat ketakutan.

"Lo nggak papa kan?" tanya Mahen.

Arsya melepas pelukannya,ia mengingat kenyataan bahwa Arsya masih kesal dengan laki-laki itu. Lagi-lagi ingatannya memutar kembali saat-saat Arsya melihat Mahen dengan Tsana. Sungguh menyebalkan!

Mahen menatap Arsya lekat,"Sya lo nggak papa kan?" tanya Mahen sangat lembut.

Arsya hanya mengangguk,itu saja sudah cukup untuk Mahen. Setidaknya gadis ini baik-baik saja.

"Mahen ngapain ke sini? Kenapa cari Arsya?" Arsya langsung melontarkan pertanyaan itu membuat Mahen mengerutkan keningnya dalam.

"Emang salah?" tanya Mahen.

Arsya mengangguk pelan,"iya salah,Mahen bukan siapa-siapa Arsya. Arsya juga bukan siapa-siapa Mahen,jadi buat apa Mahen perduliin Arsya?" Arsya berbalik tanya.

"Kalau lo berarti buat gue gimana?"

Pernyataan Mahen barusan lagi-lagi membuat Arsya terdiam,bibirnya tertutup rapat,jantungnya berdegup sangat kencang. Sedikit terkejut dan tak percaya.

"Arsya tau kok Mahen bilang gini cuma pengin buat Arsya baper aja. Iya kan?" Arsya menebak,ia masih tak percaya.

"Gue serius. Lo berarti buat gue Sya." Balas Mahen,kini ia memegang punggung tangan Arsya,mengusapnya pelan.

"Tolong maafin gue,gue janji nggak akan ngulangi lagi."

"Tapi Arsya masih nggak yakin."

"Gimana caranya biar bisa buat lo yakin?"

Tak ada balasan dari Arsya. Ia hanya diam saja. Hal ini membuat Mahen memutuskan untuk mengajak gadis ini kembali ke tenda lagi.

"Kita balik ke tenda ya?"

"Arsya nggak kuat kalau jalan. Jauh banget,kaki Arsya pegal semua."

"Bilang aja lo mau gue gendong."

"Emang Mahen mau gendong Arsya?"

"Nggak. Jalan sendiri jangan manja."

Bibir Arsya mengerucut ke depan,kesal dengan tingkah Mahen. Mahen memang Mahen yang tak akan pernah berubah. Sosok dingin,tidak peka dan irit bicara.

Tiba-tiba Mahen duduk jongkok, sembari menepuk punggungnya,memberikan kode agar Arsya naik ke sana. Arsya menatap tak percaya,mulutnya terbuka lebar.

"Mahen mau gendong Asya?" seru Arsya antusias.

"Iya buruan." Balas Mahen.

"Yey!" Arsya segera naik di atas punggung Mahen.

"Lo makan apa sih?" tanya Mahen,baru saja Arsya naik namun ia sudah ngos-ngosan.

MAHEN [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang