Sekitar 2 jam lamanya mereka berada di cafe clasic itu. Mona asyik mengobrol dengan Arsya sembari melakukan rutinitas streamingnya,sedangkan Steven dan Mahen sibuk membahas mobil apa lagi yang akan Steven beli.
"Gue pengin beli ferari yang paling baru Hen," ujar Steven.
"Mobil lo udah banyak,nggak usah macem-macem." Sinis Mahen tak mendukung niat Steven.
"Gue pengin ngoleksi mobil aja gitu." Lanjut Steven.
"Percuma,harta lo nggak di bawa mati!"
"Lo doain gue cepet mati?"
"Gue cuma bilang bukan doain."
"Yaudah kapan-kapan ajalah gue belinya."
"Mending uang lo ditabung."
"Kartu gue udah blackcard lo pasti tau isinya kan?" Steven sedikit sombong.
"Nggak usah sombong,gue juga punya." Cibir Mahen. Steven nampak cengar-cengir tak berdosa.
"Gue juga ada." Timpal Mona ikut campur.
"Arsya sendiri yang nggak punya. Arsya cuma punya kartu biasa. Dulu Arsya sempet di tawarin papa buat,cuma Arsya tolak. Arsya takut boros kalau pakai karu hitam itu karena emang menggoda banget." Ujar Arsya. Semua mengangguk paham.
"Jadi gimana Mon hubungan lo sama Steven?" tanya Mahen memancing Mona.
Mona mengangkat kedua bahunya santai,tak membalas pertanyaan Mahen tadi.
"Iya Mon,Arsya penasaran nih!" ujar Arsya penuh semangat.
Mona memutar bola matanya malas. Dengan cepat ia meraih sling bag yang berada pada kursi tepat disebelahnya.
"Gue pulang dulu." Ucap Mona.
Steven menatap Arsya dan Mahen tajam,lagi-lagi mereka berdua merusak momen yang tadinya baik-baik saja.
"Gue anterin Mon," ujar Steven mencegah kepergian Mona sendiri.
"Nggak usah,gue pulang sendiri." Tolak Mona tajam.
Gadis berpakaian piyama itu perlahan mulai menjauh dari ketiga temannya yang masih menatap kepergiannya.
"Mona kenapa?" heran Arsya.
"Lagi baperan dia." Sahut Mahen.
"Semua ini gara-gara kalian berdua goblok!" umpat Steven kesal.
"Kita salah apa?" tanya Arsya terheran-heran.
"Iya gue sama Arsya nggak salah apa-apa kok," lanjut Mahen.
"Udah jangan tanya soal perasaan atau hubungan dia sama gue lagi." Ujar Steven kini nada bicaranya berubah,yang semula terdengar tajam berubah menjadi lirih.
"Lo nyerah Stev?" tanya Steven terdengar serius.
Steven perlahan mengangguk.
"Arsya tau Mona sebenarnya juga suka kok sama kamu Stev. Cuma dia gengsi aja. Dulu Mahen juga gitu,susah banget bilang sayang ke Arsya. Boro-boro bilang sayang,ngomong aja ngirit banget." Ujar Arsya menyindir sang pacar yang duduk di sebelahnya.
Mahen menatap Arsya datar,"sayang." Ujarnya pelan.
Arsya membalas tatapan Mahen,seolah tak percaya. "Mahen manggil Arsya apa tadi?" tanya Arsya antusias.
"Kalimat sebelumnya tidak bisa di ulang lagi."
Bruk!
Steven seketika memukul meja cafe itu sangat keras. Membuat seluruh pengunjung sontak menatap ke arah mereka. Mungkin ia sudah merasa geram melihat keuwuan yang terjadi di hadapannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [ COMPLETED ]
Teen Fiction🍁-FOLLOW SEBELUM MEMBACA-🍁 "Rasa trauma penyebab sikap dinginku hadir. Aku tak ingin bercerita,biar waktu saja yang menjawab semua." -Mahen Akassa- "Yang Arsya ingin cuma satu. Bukan cinta dari Mahen,tapi kehangatan." -Arsya Qeanna- Arsya sangat p...