Nesta kabari Kevin kalau kakinya sakit. Otomatis batal pergi.
Tahu Nesta kecelakaan, tidak pakai pikir panjang langsung berniat menjenguknya. Nesta, sih, oke saja. Cuma Kevin harus terima kalau kosannya lumayan berantakan dan juga dia tidak mungkin masuk ke dalam. Karena, tempatnya khusus untuk perempuan. Paling, cuma bisa duduk di teras.
Kevin tidak masalah soal itu. Asalkan dia bisa lihat sendiri bagaimana kondisinya saat ini.
Baru juga kelar urusan sama Kevin, mau lanjut rebahan tiba-tiba sudah ada panggilan masuk. Dengan tampang menyeramkan di bagian depan layar handphone. Siapa lagi kalau bukan Viano.
Dia protes lantaran Nesta tidak langsung kabari kalau kecelakaan.
Memangnya siapa dia?
Dia mau jenguk, oh no! Dengan kebacotannya, yang ada bukannya sembuh, malah tambah sakit kepala.
Si Bospret, biar kata dikode kedatangannya ditolak, tetap saja ngotot.
Alamak! Lupa tanya sama Kevin, jam berapa dia mau datang. Jangan sampai mereka datang bersamaan! Bukannya apa-apa, kasihan Kevin, takut diejakin lagi sama dia.
Ibarat kata, walau Viano diam saja gaya sombongnya itu sudah terpancar natural. Cegah ... harus cegah Viano datang!
Alasan Bospret bikin hati Nesta mencelos. Dia harus jenguk Nesta, katanya mau lihat sendiri bagaimana kondisi mantan karyawannya. Takut tidak ada umur, utang kantor belum kebayar.
Astaghfirullah sekali niatnya.
***
Lusi apa-apaan coba, pagi-pagi sudah datang ke rumah Viano. Katanya mau ajak jogging bareng.
Viano yang sedang melakukan pemanasan, menanggapi Lusi acuh tak acuh. Di belakangnya ada Raja yang lagi sibuk memakai sepatu.
Selesai, dia menghampiri Viano, mengajaknya untuk segera olahraga.
Lusi mengikuti mereka, Viano agak risih karena dia tidak diundang untuk ikut.
"Kapan mau bahas hubungan kita lebih serius?"
Viano berjengit. Sejak kapan, mereka punya hubungan?
"Tante Garseta dan mama aku udah nentuin jadwal buat pernikahan kita."
"Kita?" Akhirnya Viano menoleh. Dia berhenti sejenak ari jogingnya sementara Raja dibiarkan terus mengayuh sepeda. "Bukan kita, tapi kamu sama mamaku."
"Tapi, Vi, mama kamu sengaja atur ini karena dia tau yang terbaik buat kamu." Dan blablabla-nya Lusi Viano anggap angin lalu. Lanjut joging lagi.
"Nanti siang kita makan siang bareng. Orang tua kita mau ketemu."
"Nggak bisa. Nanti siang aku ada acara."
"Kamu bisa cancel. Ini acara penting, kita harus dateng."
"Penting, tapi nggak wajib. Sementara nanti yang mau aku lakuin itu wajib!"
Lusi yang sedang mengimbangi lari Viano, menautkan alis.
"Apanya yang wajib?"
"Nengok orang sakit, lebih wajib hukumnya."
"Siapa yang sakit? Kolega, karyawan atau presdir di perusahaan?"
"Nesta!" Viano menjawab tanpa mikir. Ditinggalkan begitu saja Lusi yang masih bengong.
***
Sumpah demi apa, mau dijenguk Viano rasanya kayak mau didatangi malaikat maut. Ketar-ketir begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant vs Crazy
PoetryCari duit tidak segampang yang ada di drama atau novel. Dalam dunia khayalan, perempuan bisa jadi 'barang mahal' yang diperjuangkan habis-habisan sama CEO atau jadi mujur dengan dinikahi paksa sama tuan muda tampan kaya raya. Dunia nyata tidak begi...