Kepala Nesta dijitak Viano biar pintar sedikit. Habis, keseringan negatif pikirannya. Dia mana mungkin sejahat itu sama anaknya sendiri.
"Bapak tau nggak, sih, kalau Bapak ngarep saya pinter, jangan sering-sering jitak saya!"
"Terus kamu maunya apa?" Dengan tangan yang sudah kembali melekat di gagang setir mobil, Viano masih menanggapi ocehan Nesta.
"Disayang-sayang, Pak. Biar pinter!"
Sontak Viano menginjak rem. Sampai terjuntal mereka.
Kepala Nesta terbentur ke bahu kursi.
Dia meringis. "Bapak ini apa-apaan!"
"Biar kamu pinter dikit."
Butuh beberapa detik buat Nesta mencerna ucapan Viano. Dari ekspresi yang ditunjukkan kentara kalau belum paham maknanya.
"Gimana kamu udah ngerti?"
Nesta diam saja. Kalau bilang belum nanti dijitak lagi.
"Kalau belum, saya benturin lagi."
Nesta mendelik. "Astagfirullah, Bapak! Bapak jedotin pala saya biar pinter?" Yah, sudah tidak usah ditanya lagi itu.
"Bapak!" geram Nesta. "Tanpa bapak jedotin, saya udah bego. Gimana dijedotin!" Ingin sekali Nesta menengadahkan tangan, berdoa di saat dizalimi seperti ini berharap si Bospret kena karma.
Viano cuek saja.
"Capek saya, Pak. Setiap ketemu Bapak, harus elus dada."
"Elus pakai tangan sendiri, kan?"
Nesta mendelik, seraya menoleh ke samping. "Tangan sendirilah!"
"Ya udah, nggak masalah kalau gitu. Kalau pakai tangan orang, apalagi Kevin baru bahaya."
Mikir Nesta ... aya mikir!
"Udah, jangan dipaksa untuk mikir." Viano bisa menilai dari raut wajah anak buahnya. "Nanti kepala kamu bisa panas."
Telanjur masuk di otak. Tanya, jangan, nih?
Kalau tanya, makin ketahuan, dong, begonya Nesta.
Diam, kepikiran sama Viano.
Si Bospret ....
"Hih!" Sadar Nesta kalau Viano barusan mesum.
"Telat!" Viano menyentak waktu Nesta mau memastikan kebenarannya.
Tahan Nesta, tahan ....
Sudah, kunci mulut rapat-rapat, tidak perlu banyak omong.
***
"Sayang, bangun ...." Nesta berasa lagi dipanggil 'sayang' sama orang. Mana suaranya lembut mendayu begitu. Bikin hati jadi meleleh. Selanjutnya Nesta merasakan keningnya diusap-usap. "Bangun, dong, Sayang." Manja suaranya.
Kalau begini, Nesta tidak tahan akhirnya buka mata.
"Loh!" Bukannya senang dia malah jantungan waktu tahu siapa yang panggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant vs Crazy
PoetryCari duit tidak segampang yang ada di drama atau novel. Dalam dunia khayalan, perempuan bisa jadi 'barang mahal' yang diperjuangkan habis-habisan sama CEO atau jadi mujur dengan dinikahi paksa sama tuan muda tampan kaya raya. Dunia nyata tidak begi...