SAYA JANJI DEMI TUHAN AKAN VOTE KALAU BACA!
SELAMAT MEMBACA^^
•••
Randy membuka pintu kamar, melihat Fia yang kembali tertidur setelah shalat subuh. Biasanya tidak seperti itu. Biasanya setelah shalat subuh Fia langsung mandi.
Randy mendekati Fia, ia meletakkan telapak tangannya di kening Fia. Gadis itu menggeliat, lantas Randy menjauhkan telapak tangannya.
"Demam nyatanya," gumama Randy. Ia segera keluar untuk mengambil kompresan. Setelah itu ia kembali dan mengompres Fia dengan lembutnya. "Jangan sakit-sakit Fia," gumamnya lagi.
Fia menggeliat, merasa tidurnya terganggu. Ia membuka matanya perlahan, menatap Randy yang tengah memandanginya. Randy tersenyum hangat.
Cup.
Satu kecupan singkat mendarat di pipi Fia. "Selamat pagi istri!"
Fia berusaha menyembunyikan rona wajahnya. Ia meraba keningnya. "Lo yang ngompres gue?"
"Bukan. Si Anthon tadi," jawab Randy sedikit kesal. Fia mengerucutkan bibirnya, lalu berusaha berdiri. Tapi ditahan oleh Randy. "Mau apa? Biar gue bantu."
"Mandi."
"Oke, biar--" Randy menghentikan ucapannya ketika mendapatkan tatapan tajam dari Fia. Randy nyengir lebar. "Oke-oke enggak jadi gue bantu."
"Minggir."
"Lo yakin mau sekolah?"
"Gue nggak selemah itu."
Randy menghela napas panjang, nyatanya Fia itu keras kepala. "Nanti di kelas lo duduk samping gue aja. Biar kalau pusing bisa nyender di bahu gue."
Fia menoleh sejenak, tersenyum tipis lalu berdehem.
•••
"Lo yakin Randy beneran suka sama lo?"
Fia mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu memalingkan wajahnya mendengar pertanyaan dari Rere. Fia habis menceritakan tentang ia dan Randy pada ketiga temannya itu.
Karena Fia yakin, meskipun teman-temannya itu kadang menyebalkan dan biadab. Tapi Fia tahu, saat serius seperti ini mereka benar-benar akan menjadi sahabat yang begitu baik.
"Tiati, Fi." Rania ikut nyaut. "Gimana kalau Randy cuma mainin lo? Waduh!"
Perkataan Rania itu semakin membuat Fia kalut. Terlihat wajahnya yang lesu.
"Randy minta jatah enggak?"
Dengan lesu, Fia mengangguki pertanyaan Rachel.
"Wah! Lo kasih?" Fia menggeleng lirih.
"Fix! Pasti Randy cuma mau mainin lo Fi. Dia buat lo jatuh cinta sama dia, terus dia hamilin lo, eh terus dia cerai in lo. Parah!"
Alur skenario yang dibuat Rania sama seperti yang dulu Fia buat. Kemarin-kemarin ia sudah yakin dengan rasa suka Randy pada dirinya. Apalagi melihat perhatian dan kecemburuan Randy.
Tapi teman-teman biadabnya itu membuat ia lemas seketika.
"Fi." Rere menepuk pundak Fia, membuat gadis itu mendongak. "Jangan dengerin ucapan kita. Kita ini biadab Fi, kayak yang lo bilang. Mending lo dengerin kata hati lo aja."
"Iya Fi. Kita mah sesat!" imbuh Rachel.
"Minta pendapat sama kita itu kesalahan besar Fi!" Rania juga ikut-ikutan.
Fia memutar bola matanya malas. Benar, bercerita pada mereka itu tidak ada guna. Malah sekarang membuat Fia lemas. Biasanya saja kala Fia ada masalah dan cerita, ketiganya dengan menggebu-gebu akan membantu serta memberi nasihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Leader[END]
Teen Fiction"Yakin deh, fisik lo aja gue jagain. Apalagi hati lo." Randy mengedipkan matanya dengan jahil. "Dih! Gue nggak suka sama lo. Tapi gue mau lo jadi pacar gue?" "Alasannya?" "Karena cuma lo yang bisa jagain gue." "Lo nggak pantes jadi pacar gue," u...