SAYA JANJI DEMI TUHAN AKAN VOTE KALAU BACA!
SELAMAT MEMBACA^^
•••
Fia memasuki ruang rawat Randy dengan langkah pelan dan diiringi deraian air mata. Beberapa jam yang lalu, pendonor ginjal telah berhasil dilakukan. Syukurlah ginjalnya cocok. Sekarang hanya tinggal menunggu Randy pulih.
Fia tidak berpikir jauh, akan masa depannya nanti jika ia hidup dengan satu ginjal. Bagi Fia, Randy penting untuk hidupnya. Rasa bersalah masih menyelimuti Fia.
"Fia?" panggil Randy melihat kedatangan Fia.
Fia menarik sudut bibirnya dan menghapus sisa air matanya. Menatap Randy yang tampak sudah lebih baik. Fia mendekati ranjang Randy, kedatangan Fia membuat teman-teman Randy sedikit menyingkir, memberikan jalan untuk Fia.
Randy ikut tersenyum, tangannya mengelus rambut Fia dengan lembut. Lalu menghapus sisa air mata Fia.
"Fia, siapa yang donor ginjal buat aku?" Fia menelan ludahnya, detak jantungnya jadi tidak normal. "Bukan kamu ya?"
Fia menatap Randy dengan sendu. Lalu ia memalingkan wajahnya, menatap teman-teman Randy satu-persatu. Fia tidak mau berkata jujur, Randy akan merasa bersalah nantinya.
Fia kembali menatap Randy. Mengulum senyum tipis.
"Samuel," jawab Fia.
Semua mata langsung menyorot Samuel. Cowok itu masih tetap tenang, berdiri di samping sofa dengan kedua tangan dilipat di depan dada, dan tudung hoodie hitamnya.
Semuanya terkejut mendengar jawaban bohong dari Fia. Tapi mereka memilih diam. Samuel pun sama, ia juga terkejut. Tapi ekspresi nya tetap tenang dan dingin.
"Temen goblok!" umpat Randy pada Samuel.
Samuel tidak menanggapi. Ia menyorot dingin pada Fia. "Cewek lo lebih goblok."
Randy mengernyit, menatap Fia dan Samuel bergantian. Randy yakin yang mendonorkan ginjal untuknya antara Fia, Renald, mamanya dan Samuel. Hanya itu orang-orang yang begitu dekat dengan Randy.
Kenzo menghampiri Randy, menepuk pelan pundak cowok itu. "Iya, cewek lo goblok karena nangisin lo terus. Kalau Sam kan nggak nangisin lo."
Randy terkekeh pelan, lalu mencubit gemas pipi Fia. "Dia nangisin gue karena khawatir. Dia khawatir karena sayang. Ya?"
Fia menunduk malu, apalagi ruangan ini jadi penuh dengan sorakan teman-teman Randy. Wajah Fia yang seperti kepiting rebus itu membuat Randy sangat gemas.
"Yok sadar diri man-teman!" seru Beno. "Kelur yok keluar!"
Beno langsung keluar ruangan, begitu pun teman-teman Randy yang lainnya. Tapi saat Samuel hendak keluar, Randy menahan tangannya. Samuel menaikkan satu alisnya.
"Imbalannya gue bantu deketin Anya," ujar Randy sembari melepaskan cekalannya.
Samuel menarik sebelah sudut bibirnya, untuk Fia ini pertama kalinya ia melihat senyum tipis dari Samuel. Dan bagi Samuel, ini begitu menguntungkan. Setelah itu Samuel pergi.
Randy menatap Fia, cowok itu tiba-tiba mengedipkan mata jahil pada Fia. Fia menggeplak pelan dahi Randy.
"Udah makan?" tanya Fia mencoba mengalihkan perhatian Randy.
"Beyum," jawab Randy dengan nada seperti anak kecil. Cowok itu pun menggeleng layaknya anak kecil dengan bibir cemberut. Fia hanya terkekeh pelan. "Seminggu lagi kita lulus ya?"
"Iya." Fia menggigit bibir bawahnya, menatap Randy sendu. "Maaf karena aku kamu--"
"Tanggung jawab aku, Fia. Jangan bilang maaf," potong Randy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Leader[END]
Teen Fiction"Yakin deh, fisik lo aja gue jagain. Apalagi hati lo." Randy mengedipkan matanya dengan jahil. "Dih! Gue nggak suka sama lo. Tapi gue mau lo jadi pacar gue?" "Alasannya?" "Karena cuma lo yang bisa jagain gue." "Lo nggak pantes jadi pacar gue," u...