SAYA JANJI AKAN VOTE KALAU BACA!
SELAMAT MEMBACA^^
•••
Randy membenarkan headband nya, ia menggulung lengan tangannya hingga se pundak. Rasanya lelah bermain basket lalu sepak bola. Mengambil botol mineral, lalu mengguyur nya ke wajahnya.
"Widih! Sok damage," sinis Jakson. Randy berdecih lalu melemparkan botol itu di kepala Jakson.
"Bos! Acara perpisahan mau mulai. Lo mau naik panggung nggak?" tawar Samsul yang baru datang.
"Naik gih bos, sebagai tanda leader besar," usul Jakson. Randy berpikir sejenak, lalu mengangguk. Dengan tidak peduli penampilannya, ia memutuskan naik ke atas panggung.
Benar saja, kehadiran Randy menyorot perhatian. Randy mengambil mic, memperhatikan banyaknya siswa di bawah sana.
"Hai, gue Randy Angkasa. Leader Nusa Mars. Gue rasa kalian kenal gue. Sebagai leader, gue mungkin sulit pisah dari sekolah ini," ucap Randy. Tangan kirinya berkacak pinggang, seolah tak peduli.
"Pesan gue, buat kalian nanti penerus gue. Buat yang akan gantiin jabatan gue. Terutama jabatan sebagai leader Dark Lion. Jaga pasukan kalian baik-baik, jadi leader yang membanggakan!"
"Untuk Dark Lion, meski gue nggak di sini lagi. Kalian masih wajib menjaga keamanan sekolah ini. Jangan jadi geng motor urakan. Harus berprestasi."
"Kalau adik kelas tanya prestasi seorang Leader dari segala leader. Suruh buka buku catatannya Pak Bambang noh! Prestasi membanggakan!"
Beberapa siswa tertawa pelan, guru-guru hanya mampu geleng-geleng. Sudah rahasia umum jika nama Randy sangat banyak tertulis di buku BK.
Randy diam-diam mencuri-curi pandang, istrinya ada di bawah sana. Menatapnya dengan bersedekap. Dengan jahilnya, ia mengedipkan matanya jahil membuat Fia memutar bola matanya malas.
"Di sekolah pacaran boleh, anu-anu jangan ya," pesan Randy sok bijak.
"Anu-anu apa tuh bos?" teriak Samsul dari bawah. Gelak tawa terdengar, seakan mereka semua sudah paham dengan kata-kata ambigu tersebut.
"Yang seperti itu jangan dicontoh. Maafkan salah satu rakyat saya yang otaknya belum dicuci," ucap Randy lagi. Ia berpikir sejenak, mencari kata-kata.
"Nggak ada lagi sih. Kalau kangen gue, lihat aja sekeliling sekolah. Semua kenangan tentang gue ada."
Randy meletakkan mic nya kembali. Ia turun dari panggung sembari mengusap-usap rambutnya yang basah. Terlihat damage.
Tak lama, Anthon dan anggota OSIS lainnya naik panggung.
"Hm, sebelumnya, kita perlu ingat bahwa di OSIS ada satu orang yang berjasa juga. Dia juga keluarga OSIS," ucap Anthon.
"Stefany Olifia, naik."
Fia terkaget, ia menatap Anthon yang menyebutkan namanya. Fia menoleh ke samping, menatap Randy yang merangkulnya.
"Sana gih," ucap Randy sembari melepaskan rangkulannya. Fia menghela napas, lalu mengangguk dan berjalan mendekati panggung.
Anthon menyodorkan mic ke Fia. Membiarkan gadis itu berbicara dahulu.
"Hai, gue tahu setelah ini kita semua kelas 12 akan pisah. Yang biasanya ke kantin bareng, nanti nggak bisa lagi. Saling tukeran jawaban, nggak bisa lagi. Kita nggak bisa ngerasain euforia kayak gini lagi."
Fia menatap teman-temannya, tersenyum lebar.
"Di kelas, bakalan kangen sama bendahara yang nagih duit. Konser di kelas. Godain temen, godain guru. Canda bareng, gibah bareng. Nggak denger ceramah dan omelan Pak Bambang. Bakalan kangen kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Leader[END]
Teen Fiction"Yakin deh, fisik lo aja gue jagain. Apalagi hati lo." Randy mengedipkan matanya dengan jahil. "Dih! Gue nggak suka sama lo. Tapi gue mau lo jadi pacar gue?" "Alasannya?" "Karena cuma lo yang bisa jagain gue." "Lo nggak pantes jadi pacar gue," u...