SAYA JANJI AKAN VOTE KALAU BACA!
SELAMAT MEMBACA^^
•••
Randy membuka pintu rumahnya dengan jalan sempoyong. Lebam-lebam di tubuhnya benar-benar masih terasa sakitnya. Bogeman dari Samuel itu tidak pernah main-main, sekali bogem bisa membuat lawannya tersungkur.
Randy menghentikan langkahnya, menatap Fia yang sedang melihat kalender. "Kenapa lihat tanggalan? Ada hutang yang udah jatuh tempo?"
Fia terkejut mendengar suara Randy ia menoleh pada Randy. "Bukan, gue belum-- ah lupain!"
Mata Fia menelisir tubuh Randy, ia terkejut kala melihat Randy datang dengan banyak lebam di tubuhnya. Fia tidak bisa menutupi rasa khawatirnya.
Meski masih ada rasa sakit dengan sikap Randy yang kemarin itu. "Itu kenapa? Tawuran ya?"
"Bukan. Bagus kan hasil karya dari Sam?" kata Randy dengan bangga. Walaupun dirinya menahan rasa nyeri di sekujur tubuhnya.
"Bentaran, gue ambilkan obat dulu."
Randy mengangguk dan duduk di sofa, sudut bibirnya tertarik tipis. Melihat sedikit perhatian dari Fia sudah membuat perasaanya bungah. Tak lama istrinya itu kembali sembari menaruh kotak P3K.
Kening Randy mengerutkan karena Fia hanya menaruhnya di meja. Saat istrinya itu hendak pergi, Randy segera mencekal tangannya.
"Mau ke mana?"
"Ke kamar." Fia ingin istirahat, kondisi tubuhnya menurun. Fia merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya, mungkin sebab ia donor ginjal. "Kan tadi gue bilangnya cuma ambilkan. Enggak sepaket sama ngobatin."
Randy berdecak kesal, ia bersedekap sembari mengerucutkan bibirnya. "Boleh minta perhatiannya dikit aja ya?"
Fia melirik Randy dari ekor matanya. "Enggak, nanti ganggu. Elus rambut aja dikata ganggu."
"Lupain itu," kata Randy membuat Fia terkekeh sinis. "Jangan dibahas lagi."
"Enak ya lo ngomongnya. Bahkan lo nggak bisa jujur sama gue."
Fia mendengus sebal, lalu duduk di samping Randy. Dengan ogah-ogahan ia mengguyur luka-luka Randy dengan cairan Nacl.
"Jujur apa sih?"
Fia mendongak sejenak, lalu kembali lagi mengobati lebam Randy. "Jujur tentang Gea."
Raut Randy langsung berubah, ini yang Randy tidak suka. Momen berdua bersama Fia seperti ini yang Randy rindu. Tanpa ada pembahasan mengenai orang lain, apalagi itu Gea.
Randy memalingkan wajahnya, padahal beberapa jam yang lalu pikirannya sudah mulai tenang. Ia sudah mulai lupa akan Gea. Tapi, nyatanya ia tidak bisa lari dari masalah.
"Sorry, gue enggak berani jujur."
Fia mendongak, menatap wajah Randy dari samping. Perasaan Fia semakin dibuat berkecamuk, kenapa Randy bahkan tidak berani untuk jujur? Padahal dulunya Randy selalu terbuka.
Randy menoleh pada Fia. Mata dan bibir Fia adalah hal yang paling Randy suka dari wajah Fia. Mata Fia meneduhkan. Dan bibirnya menenangkan.
"Gue terlalu takut untuk jujur."
Fia menghela napas panjang. "Leader besar yang katanya ditakuti banyak orang, dan sekarang takut jujur sama istrinya?"
"Kalau gue jujur, lo bakalan--"
"Gue bakalan paham dan nggak marah."
Randy mendesah kesal. "Mana bisa? Emang lo tahu fakta apa yang mau gue bicarakan? Gue aja denger fakta itu dari Sam masih nggak percaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Leader[END]
Teen Fiction"Yakin deh, fisik lo aja gue jagain. Apalagi hati lo." Randy mengedipkan matanya dengan jahil. "Dih! Gue nggak suka sama lo. Tapi gue mau lo jadi pacar gue?" "Alasannya?" "Karena cuma lo yang bisa jagain gue." "Lo nggak pantes jadi pacar gue," u...