33|| Rasa Sakit

4.2K 316 50
                                    

SAYA JANJI AKAN VOTE KALAU BACA!

SELAMAT MEMBACA^^
•••

Fia menatap dokter yang ada di depannya dengan khawatir, ia memainkan jarinya di bawah sana. Raut Dokter Reza tampak sendu, Fia semakin cemas dengan kondisinya sendiri.

Fia menoleh ke samping, Rere tersenyum hangat padanya. Sembari mengelus punggung tangannya, seolah memberikan kekuatan padanya. Tadi Anthon meminta Rere untuk datang.

"Fia, saya tidak tahu memberi kabar seperti apa sekarang." Dokter Reza tersenyum lebar. "Selamat ya, kamu hamil."

Fia membulatkan matanya, ia menutup mulutnya tidak percaya. Ia menoleh pada Rere yang ada di samping dan Anthon yang ada dibelakangnya. Mereka sama-sama terkejut.

Harus kah sekarang Fia senang?

"Fia, jaga kandungan kamu baik-baik. Kandungan kamu masih lemah. Satu lagi, ginjal kamu ... sedikit bermasalah."

Fia menjatuhkan pundaknya dengan lemas. Air matanya luruh, entah itu air mata kesedihan atau air mata kebahagiaan. Fia tidak tahu harus bagaimana, hari ini semua fakta membuatnya down.

"Makan yang teratur, tekanan darah kamu juga dijaga. Jangan capek-capek kamu. Kalau sampai ginjal kamu yang satu kehilangan fungsi, saya takut berdampak dengan kehamilan kamu."

Fia tersenyum getir, ia mengusap air matanya. Lalu mengangguk. "Iya dok, saya akan menjaga kandungan ini."

"Fia, rutin periksa kondisi kamu ya. Termasuk kondisi ginjal kamu," pesan Dokter Reza. "Kamu bisa tebus vitamin dan beberapa obat-obatan di resepsionis ya."

"Iya dok. Kami pamit dulu."

Fia menjabat tangan dokter Reza, lalu ia berdiri. Rere merangkul pundak Fia. Menuntut perlahan temannya itu. Rere tahu Fia sedang kacau. Tapi Rere memilih tidak bertanya dulu.

Randy, apa lo akan senang dengan berita ini?  Batin Fia.

•••

Fia memasuki rumahnya dengan langkah pelan, tubuhnya masih saja terasa lemas. Mata Fia melihat Randy yang berada di ruang tengah. Randy tengah asik bermain dengan ponselnya.

Fia melepaskan rangkulan tangan Rere. Ia berjalan mendekati Randy. "Randy, lo udah pulang? Gimana, udah makan?"

Randy melirik Fia sejenak, lalu mematikan ponselnya. Randy hanya mengangguk sebagai jawaban, sama sekali tidak menatap Fia lagi.

Fia tersenyum getir. "Syukurlah. Lo masak sendiri lagi ya? Maaf ya?"

Randy menghela napas, lalu berdiri dan menatap Fia. "Gak. Gue makan sama Gea tadi."

Dada Fia kembali sesak, pertahanan nya luruh. Sekuat mungkin air mata nya ia tahan. Fia tetap mencoba tersenyum, senyum yang menyimpulkan segala rasa sakit.

Randy menyilangkan kedua tangan nya di depan. Menatap Fia dari atas sampai bawah. Lalu menatap Fia dalam.

"Lo sendiri? Gimana? Puas pergi sama cowok lain sampai malem? Ngapain aja? Ke hotel?"

Fia merasakan hatinya kembali sakit atas tuduhan Randy. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar hebat. Ia tidak bisa lagi menahan air matanya. Fia memegangi bagian atas pinggang nya yang kembali sakit.

Sial! Umpat Fia merasakan bagian ginjalnya kembali sakit. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan sakitnya.

"Parah, lo kelewat banget sih? Cowok sampah kayak lo--"

Fia menginjak kaki Rere agar diam, Fia menggeleng lirih. Memberi kode agar Rere diam. Sesakit apapun Fia, ia tetap mau menghormati Randy.

"Lo tadi lihat gue sama Anthon?" tanya Fia pada Randy. Randy mengangguk sekali, membuat Fia tersenyum getir. "Kenapa lo enggak bantu gue? Kenapa lo hanya diam?"

Married With Leader[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang