BINTANG NYA JANGAN LUPA DIKLIK^^
SELAMAT MEMBACA, SAYANG EAAA
•••
"Jadi, dia pelakunya? Dan siap bertanggung jawab?" Gea mengangguk perlahan, cowok di sampingnya menggenggam erat tangannya. Fia menatap cowok itu, sangat terkejut. Tidak menyangka.
"Bukannya lo di luar negri?" Anthon menoleh ke Fia yang bertanya. Ia tersenyum tipis, melirik Gea sejenak lalu kembali menatap Fia.
"Malam itu gue frustasi. Mikirin masalah lo, dan masalah gue." Fia terhenyak, Anthon begitu peduli padanya. Sampai masalahnya saja dipikirkan sebegitu nya.
"Tiga hari sebelum gue berangkat, gue menemukan sebuah fakta. Gue bukan anak kandung orang tua gue, gue anak haram ternyata." Anthon terkekeh sinis, menertawakan dirinya sendiri.
"Lagi, orang tua gue juga mau cerai. Mama selingkuh, dan papa juga hamilin perempuan lain. Gue kacau, gue frustasi." Fia melirik Anthon dengan prihatin, tidak membayangkan bagaimana hancurnya Anthon.
"Gue melampiaskan semuanya ke club. Gue mabuk berat di sana. Sampai kehilangan kendali, gue lakuin itu sama Gea. Gea yang juga mabuk berat dan nggak sadarkan diri."
"Paginya, gue sadar dan kaget. Gue bingung harus apa, gue pengecut. Gue kayak papa gue. Gue lari dari tanggung jawab itu. Tapi, rasa bersalah gue besar. Gue ngebayangin kalau lo di posisi Gea."
Gea menunduk, menitihkan air matanya. Membuat hati Fia tergerak, ia menarik lembut lengah Gea. Mendekapnya dengan lembut, sesekali mengelusnya.
"Gue sangat sayang sama lo, Fi. Makanya gue nggak bisa lihat lo hancur. Di situ gue mikir, gimana hancurnya Gea. Gue memutuskan untuk tanggung jawab. Mungkin, ini adalah cara untuk melupakan lo Fi." Anthon menghela napas panjang.
"Lo, orang yang nggak akan pernah bisa gue miliki."
Fia tidak tahu harus berkata bagaimana. Ia begitu terkesan dengan pengakuan Anthon, cowok itu tulus sayang padanya. Fia merenggangkan pelukannya, mengusap air mata Gea.
"Gea, mungkin ini adalah cara Tuhan untuk mempertemukan lo dengan Anthon. Ambil hikmah dari kejadian ini. Jangan pernah melampiaskan emosi ke tempat yang salah. Deketin diri ke Tuhan."
Gea mengangguk lembut, ia kembali memeluk Fia. Sangat erat, rasanya menyesal telah membuat Fia tersakiti.
"Fia, maafin gue. Gue janji deh gue tobat dari Randy. Maaf waktu lo telpon itu, gue cuma rekayasa. Karena nyatanya Randy pergi dan nggak mau peduliin gue. Bajunya sampai sobek karena gue tarik paksa."
Fia tersenyum lebar, sekarang ia yakin pada Randy. Cowok itu benar-benar menepati janjinya. Memberikan bukti nyata padanya. Perlahan, Gea melepaskan pelukannya.
"Fi, Randy sangat sayang sama lo. Lo perlu tahu, selama dia sama gue. Dia beda, dia dingin, cuek, dan nggak terlalu peduli sama gue. Nggak seperti ketika bersama lo."
Fia tersenyum lebar, senang mendengarnya.
"Randy cuma kasihan sama gue, Randy seperti itu karena surat wasiat dari papa gue. Hati dan pikiran Randy, selamanya cuma ada lo. Meski raganya nggak di sisi lo."
"Gue tahu." Fia mengusap air mata Gea. Tetap mempertahankan senyum lebarnya. "Jadi, teman?"
Gea terkekeh pelan, ia menepuk tangannya pada punggung tangan Fia. Keduanya tertawa kecil.
"Teman!"
Fia senang, Gea juga. Andai saja ini dari dulu, tapi takdir ya takdir. Fia sadar, kejadian kemarin-kemarin memberikan banyak pelajaran untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Leader[END]
Teen Fiction"Yakin deh, fisik lo aja gue jagain. Apalagi hati lo." Randy mengedipkan matanya dengan jahil. "Dih! Gue nggak suka sama lo. Tapi gue mau lo jadi pacar gue?" "Alasannya?" "Karena cuma lo yang bisa jagain gue." "Lo nggak pantes jadi pacar gue," u...