"Taeyong makannya abisin" Suara Kei menggema hingga penjuru ruangan,
Bukannya nurut, Taeyong justru sengaja gak ngabisin makanannya, dia kini malah melengos keluar rumah.
Hidup bertahun-tahun bareng Kei itu entah sebuah anugrah atau malah musibah buat Taeyong. Tiada hari tanpa nyerocos, lama-lama kuping Taeyong congean.
Pelan-pelan kaki Taeyong melangkah ke halaman depan rumah, tepatnya menghampiri segerombolan bunga aster yang sengaja ditanam Kei.
Taeyong sangat suka bunga aster, apalagi saat membayangkan Kei yang sedang tersenyum sambil menyirami tanaman tersebut. Tidak ada lagi yang bisa mengalahkan keindahannya.
Baru saja Taeyong akan meraih kelopak bunga untuk mengelusnya, tiba-tiba ada seseorang dari arah samping.
Orang itu tersenyum, tubuh semampai dengan rambut yang ia biarkan terbelah hingga menampakkan sebagian dahinya itu menatap sejuk pada Taeyong.
Laki-laki dengan jas putih ini Taeyong tidak kenal siapa dia, Taeyong bahkan tidak tahu darimana dia datang dan bagaimana bisa dia masuk ke halaman rumahnya.
"Siapa ya?" Tanya Taeyong.
Bukannya jawab, orang itu malah senyum dan mengulurkan tangan lalu menyentuh bahu kiri Taeyong. Sontak Taeyong memundurkan diri.
"Maaf,"
Orang berjas itu makin melebarkan senyumnya, ia mengerti Taeyong pasti tidak suka berkontak fisik dengannya, mengingat Taeyong jelas tidak mengenalnya.
"Kabar ayah dan bunda kamu gimana?" sebuah pertanyaan yang tiba-tiba terlontar dari mulut orang tadi.
Mendengar itu, Taeyong menatap lekat-lekat, Taeyong yakin dia kenal semua teman orangtuanya, tapi yang satu ini siapa? Taeyong tidak pernah bertemu dengan pria ini sebelumnya.
"Kenal orangtua saya?"
"Sangat" katanya, "Tolong titipin salam buat bunda kamu"
"Mas ini siapa sih?"
"Teman lama bunda kamu"
"Maksudnya namanya siapa?"
Lagi-lagi orang itu mengangkat sudut bibirnya hingga kedua matanya membentuk bulan sabit, dia tersenyum entah untuk yang keberapa kali.
Sejurus kemudian orang itu membalikkan badan, memunggungi Taeyong dan berjalan menjauh dari tempat Taeyong berdiri.
"Nama masnya siapa?! biar nanti saya salamin ke bunda" Taeyong sedikit berteriak,
Orang itu menoleh, "Sama seperti nama kamu"
"Ayah cepetan dong, nanti keburu macet!" Kei natap suaminya yang dari tadi berdiri di depan lemari kaca sambil sibuk pakai dasi.
"Iya bentar Bun, kamu mah suka gak sabaran gitu" balas Hyunsuk santai, emang kadang Hyunsuk itu suka kelewat santai, sampe kadang Kei yang gondok sendiri liatnya.
Ini niatnya sekarang mereka mau jalan jam 7 pagi, tapi sekarang udah jam setengah 9 masih belum jalan juga.
Penghambatnya banyak, Hyunsuk susah dibangunin, Hyunsuk pas udah dibangunin malah meluk guling lagi, Hyunsuk yang perlu ngumpulin sukma dulu tiap mau mandi, Hyunsuk yang mandi hampir setengah jam mirip anak perawan. Emang inti masalahnya di dia doang.
"Loh loh, ini kenapa sarapannya gak dimakan sih?" Kei bersuara lagi setelah ngelirik meja makan.
"Udah abis kok" jawab Hyunsuk di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] My Gravity || Choi Hyunsuk
Fanfiction[udahan✓] Hyunsuk itu : Cakep ✓ Pinter ✓ Tajir ✓ Rajin ibadah ✓ Anak futsal ✓ Bikin nyaman ✓ Tinggal kurang tinggi beberapa cm aja, udah itu doang. [+Teaser di chapter 57] #1 in silverboy #1 in byunggon #1 in teume #3 in treasure13 #5 in ygtb #10 i...