🥀 delapan belas 🥀

22.3K 1.8K 97
                                    

Kunci kehidupan adalah bernafas

_Alana Kanara_

"Mama jangan pergi, papa .. kak Evan....!!!!" Pekik Alana gelisah, menggeliat kesana kemari dalam tidurnya. Lala bahkan sampai menelepon dokter Zoelva untuk mengobati Alana. Yah, dokter Zoelva memang bukan dokter umum tapi yang namanya dokter mungkin saja tahu dengan keadaan seperti ini.

"Alana ini kakak!" Zoelva memeriksa Alana, lalu setelah beberapa saat ia menyerahkan resep obat pada Gala dan Lala.

"Belikan resep itu ke apotek terdekat, secepatnya" Alana masih gelisah, keringat tidak berhenti bercucuran dari keningnya.

Zoelva yang berusaha menenangkan Alana mengalihkan atensi saat mendengar dering ponsel Alana.

Kak Evan

"Evan? Sepertinya ini kakak kandungnya yang dia ceritakan waktu itu" Zoelva mengangkat telepon setelah bergumam.

"Assalamualaikum Alana bagaimana keadaan kamu"

"Waalaikumsalam, maaf saya bukan Alana. Adik anda sakit, saya dokter yang merawat Alana"

Dibalik telepon itu, Zoelva terlihat terkejut karena respon kakak Alana yang tiba-tiba terisak.

"Ah, maafkan saya. Ini semua karena saya meninggalkan Alana makanya dia seperti itu, saya minta tolong jagakan adik saya dulu ya"

Sambungan telepon terputus dan bertepatan dengan itu juga Gala dan Lala datang membawa resep obat.

"Alana bangun dulu, minum obat" Gala membantu dokter Zoelva membangunkan Alana lalu meminumkan perempuan itu obat.

"Saya akan menginap di sini untuk menjaga Alana" Gala dan Lala hanya mengangguk kikuk, mereka bukan pemilik rumah ini melainkan Alana.

Sekitar seminggu kemudian Alana sudah sembuh dari sakitnya. Ini semua karena Zoelva yang menjaga Alana seperti pasien VVIP. Aaa jadi sayang dokter Zoelva!!

"Apa penyebab kamu jadi drop seperti ini?" Tanya Zoelva memeriksa Alana yang meminum jus semangka buatan Zoelva.

"Gak inget" jawab Alana seadanya. Zoelva mengangguk sambil tersenyum manis.

"Jika kamu merindukan kakak kamu, saya juga bisa menjadi kakak kamu"

Alana tersenyum dan mengangguk "iya kak"

°°°

Kacau.

Satu kata itu mendeskripsikan si Alfatihah sekarang. Bahkan baju yang dia pakai sudah urak-urakan. Alana ingin tertawa, tapi kasihan. Kalau ada orang yang menderita ditertawakan mereka akan merasa terhina. Apalagi Alfa, bagaimana jika laki-laki ini mendepak Alana dari kampus? Oh my god, Alana tidak akan kuat sendirian di rumah seperti pensiunan.

"Bapak kenapa cerita dong! Saya gak tau kalau bapak kayak gini" Alana memakan ciki sambil memperhatikan keadaan restoran yang sepi dan hanya diisi oleh mereka berdua. Alfatihah ini ternyata tipe yang suka menghamburkan uang dan ria, hanya untuk bercerita seperti ini saja dia membooking restoran.

"Alana saya gak mau dijodohkan"

"Pfftt... Bapak dijodohin, bangsat ngakak anjing, astaghfirullah!" Alana terbahak. Apa kurangnya Alfa? Kenapa dia tidak bisa mencari pasangan sendiri?

"Ah tidak seru, kamu malah membuat saya semakin merasa dunia ini tidak adil"

"Ya terus saya bisa bantu apa?"

"Kamu bisa bantu tapi bukan sekarang. Sudahlah ayo saya antar pulang"

Selama diperjalanan, Alana dibuat bingung dengan dosen kampret kurang belaian yang ada di sampingnya ini. Bukannya bercerita tentang bantuan yang bisa dia lakukan malah diam kayak patung Pancoran.

"Galang gimana pak!"

Menoleh, Alfa terlihat tidak suka saat Alana menanyakan Galang "jangan sebut nama laki-laki lain, saya tidak suka!"

Mengangkat bahu acuh, Alana kembali memakan ciki "kenapa sih? Galang itu anak kecil loh! Bapak cemburu ya?"

"Iya saya cemburu, pokoknya kamu tidak boleh menyebut atau memiliki laki-laki lain selain saya!"

"Uhuk.. uhuk.. bapak kenapa sih?" Alana tersedak, dia mengambil botol minum yang ada di dekat Alfa dan menegaknya hingga tandas.

"Alana jangan diminum itu obat perangsang!!!!"

Mampus!

°°°

"Allysa mana Fin?" Tanya Alana saat melihat Fino telentang di kasur. Kasur milik Alana serasa milik sendiri. Majikan laknat!

Fino hanya menjawab dengan gelengan pelan pertanda tidak tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Fino hanya menjawab dengan gelengan pelan pertanda tidak tahu. Dia kan kucing!

"Gak sekalian lo pakai masker Fin?" Alana berdecak kesal.

Zoelva sudah pulang!

Gala dan Lala ada perlombaan cerdas cermat antar provinsi mewakili kampus.

Sendiri lagi.

"Finooo Allysa selingkuh!" Fino langsung bangkit dan menghampiri Alana menuju balkon.  Alana mengelus dada Fino, menabahkan.

"Yang sabar ya Fin, emang Allysa lonte gak ada akhlak"

"Ku menangis membayangkan betapa kejamnya Allysa pada diriku~" Alana bernyanyi mewakilkan suara hati Fino. Kasihan Fino Allysa yang selama ini dia jaga dari nyamuk khayalan dan dia sayang serta cintai ternyata berkhianat dengan jalan-jalan bersama om-om.

Apa enaknya sih bareng om-om?

Fino kurang apa?














Taburan bintangnya ya dear 🥀

Alana - My mahasiswi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang