🥀 delapan 🥀

35.1K 3K 185
                                    

Gunanya otak untuk berpikir, kalau sudah punya otak tapi masih juga minta jawaban sama temen. Jual aja otaknya, uangnya kasih ke temen buat sogokan.

_Alana kanara_


"Pak, bapak ini bisa disogok gak biar gak nyuruh saya terus?" Memberengut, Alana mengganti isi pulpennya yang habis untuk mengoreksi soal para mahasiswa setelah Alfa memberi mereka tugas.

Sialnya Alana, dia memiliki kunci jawaban dan bisa saja membetulkan jawabannya. Tapi, si Alfatihah tahu akal Alana dan dia sendirilah yang memeriksa lembar jawaban Alana.

"Alan, saya tidak mau menjelekkan kamu. Tapi, saya sering lihat kamu turun dari angkot. menyewa saya.. kamu ada uang berapa?"

Ckk, menyebalkan. Hanya karena Alana naik angkot, bukan berarti Alana miskin. Ada pepatah apa itu, jangan menilai buku dari sampulnya, kalau ingin lebih keren dan pakai bahasa Inggris translate sendiri.

"Uang saya banyak pak, bapak gak percaya?"

"Musyrik"

"Berarti bapak gak percaya dong?" Alfa mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari lembar jawaban Alana.

"Syirik" balas Alana.

Seri.

"Alan"

"Alana pak!"

"Iya itu Alan maksud saya"

"Err... Alana pak!" Geram Alana, kesal. Mana ada sih manusia yang suka namanya dikurangi, kecuali dia ada sedikit.. pergeseran otak seperti Lala.

"Kamu kenapa sih sensi sekali kalau membahas nama?" Alana diam, tidak mau membahas sesuatu yang tidak penting apalagi dengan si Alfatihah. Kalau dengan Dewa, seharian juga membahas masa depan mereka Alana siap sedia.

"Pak" Alfa meletakkan tugas Alana yang sudah dia periksa, membuka laptop dan fokus pada layar monitor.

"Hmm?"

"Bapak ada uang gak?"

"Kamu mau memeras saya? Bukannya kamu tadi bilang kamu punya uang banyak"

Berdecak kesal, Alana menggeleng "saya tarik kata-kata saya, minta duit dong. Itung-itung gaji saya jadi budak bapak selama beberapa tahun ini" Alfa tersenyum tipis dan menyerahkan kartu kredit pada Alana.

"Pak jangan ngadi-ngadi deh, warung depan belum semodern itu"

Terkekeh pelan, Alfa mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan "belikan saya madu instan, tenggorokan saya sedikit sakit"

"Okay!"

Meninggalkan ruangan Alfa, Alana menginjakkan kaki di warung depan kampus. Dia sering ke sini untuk membeli Starbucks, percaya gak? Ya harus.

 Dia sering ke sini untuk membeli Starbucks, percaya gak? Ya harus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Starbucks disini lebih murah, karena kemasannya lebih aestetik.

"Bu pesen Starbucks sedotannya jangan lupa warna hijau tua biar aestetik"

"Siap neng Alana"

Sembari menunggu pesanannya datang, Alana memborong snack disini dengan kresek besar. Lumayan untuk Alana ngemil di kelas dan di rumah.

"Bu madu instan ada gak?"

"Ada neng, mau yang pakai rasa atau gak?"

"Yang pakai rasa satu yang gak pakai rasa satu" Alana kembali fokus pada cikinya.

"Ini neng starbuknya" Alana mengangguk sembari menyedot Starbucks yang sudah di buat oleh Bu wapan (warung depan) "oh ya tadi minta satu apa? Satu renteng?" Alana menggeleng, untuk apa banyak-banyak, Alfa bukan beruang madu, atau hewan yang suka memakan banyak madu.

"Ini neng madunya" Alana mengambil madu yang diberikan Bu wapan lalu memasukan kedalam kresek besar yang dia ambil di depan warung Bu wapan.

"Astaghfirullah, neng beli banyak-banyak ciki buat apa?" Bu wapan mengurut dada. Harus sabar, tidak boleh mengatai Alana rakus, positif thinking itu untuk orang banyak.

"Ya buat saya lah, ngapain bagi-bagi" Bu wapan hanya mengangguk saja, pembeli seperti Alana ini langka. Ada satu lagi pembeli yang spesiesnya sama siapa namanya,? ya itu Gala.

"Saya pesen Starbucks lagi dua" Alana membuang bungkus Starbuckcnya yang sudah tandas kecuali bungkus dan sedotan juga labelnya (Starbucks).

"Berapa semuanya Bu?" Alana tersenyum saat semua belanjaannya sudah dihitung dan kembali dimasukkan kedalam kresek oleh bu wapan.

"275.000 neng" Alana menyerahkan uang seratus ribuan sebanyak 3 lembar.

"Kembaliannya ambil aja bu, makasihnya sama saya aja, jangan sama yang punya uang" bu wapan terlihat kebingungan, namun tetap mengangguk. Apa sih yang enggak untuk pembeli, pembeli adalah raja, tapi kalau gak bayar bukan raja melainkan pembeli no have akhlakesss.

Sementara itu setelah kepergian Alana, Alfa mengoreksi jawaban Alana lagi. Dimana letak kesalahan Alana yang tidak dia temukan, Alana ini sesungguhnya mahasiswa yang pintar, tapi dia sengaja menutupi dengan sifatnya yang berbanding terbalik dengan akhlaknya.

"Alana ini sudah pintar, cantik, ah untuk tubuhnya saya tidak bisa membayangkannya" Alfa terkekeh geli dengan pikiran selanjutnya, bisa-bisanya Alfa memikirkan Alana yang memakai baju minum dan berlenggak lenggok kayak cacing kepanasan.

"Astaghfirullah hilang sudah imajinasi saya tentang dia" gumam Alfa pelan, Alana terlihat kesusahan membawa kresek besar dengan satu tangan yang menyedot minuman dan ditangan yang sama ada minuman yang kembar dengan yang perempuan itu minum.

"Pak saya beli madu, sekalian lah bikin tenggorokan bapak makin sakit, minum Starbucks ini" Alana menyerahkan bungkus Starbucks yang lain dan membuka kresek miliknya. Meskipun uangnya adalah milik Alfa bukankah yang membeli Alana? Berarti ini milik Alana!

Alfa ini perlu diragukan gelar dosen berilmu dengan banyak huruf tambahan dibelakang namanya. Disuruh Alana seperti itu mau mau saja.

Setelah terbatuk, Alfa megambil madu dari Alana dan meminumnya.

"Alana sejak kapan Starbucks rasanya seperti ini?"

"Itu cuma nama kerennya aja pak elah.. itu padahal cuma kopi susu biar aestetik ya ada starbuknya lah" nyengir. Alana, kembali memakan ciki, lesehan sambil mengetik beberapa berkas. Sudah menjadi rahasia umum kalau Alana adalah asisten pribadi Alfa.

"Ehmm, oke"

"Oh iya padahal saya gak niat mau ngembaliin uang bapak, tapi karena saya manusia yang takut berbuat dosa saya kembalikan uang bapak" Alfa menerima uang dari Alana dengan senyuman.

"Kenapa kamu takut dosa, bukannya kamu sering berbuat dosa dengan menyumpah serapahi saya"

Astaghfirullah, gue kira pak Alfa cuma titisan setan, taunya setan beneran makanya bisa baca pikiran gue.


















Udah pernah minum Starbucks kayak Alana? Kalau belum cobain deh, rasanya ah mantap! Taburan bintang dari kalian gue tunggu!!

Alana - My mahasiswi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang