🥀 lima puluh 🥀

15.5K 1.1K 35
                                    

jangan sedih untuk hal yang belum tercapai, Allah punya maksud lain, bersabarlah

_Alfano Wisnuarya Winata_

Happy 50 chapter.

Jangan panggil gue kakak dong, ngerasa tua. Ada loh yang profilnya udah kerja atau udah kerja kek guru atau apalah itu manggil gue pake kakak.

Ya Allah umur gue masih belasan taun, ngerasa tua bat deh dedek :) panggil Wina aja, biar akrab.

"Jangan keluar rumah" Alfa memeluk pinggang Alana yang sibuk memberikan minyak dari ludah untuk rambut sang suami.

"Kalau mau makan?"

"Minta belikan cleaning service yang saya pekerjaan untuk kamu saja"

"Hmmm, okay!" Alana melambaikan tangan setelah mobil Alfa menghilang dari pandangan.

Menutup pintu, Alana dibuat menghela nafas karena ketukan di pintu "iya siapa?" Tanya Alana, menyembulkan kepala di balik pintu. Mengerutkan dahi karena yang datang ke rumah pagi-pagi seperti ini adalah seorang laki-laki.

Jangan khilaf, ingat si Zaelani lebih uwaw dari bapak-bapak ubanan kayak gini. Walaupun mukanya subhanallah. Alana mensugesti diri sendiri agar ingat suami. Karena sejatinya, Alana itu perempuan normal, Alfa saja yang mengguna-guna Alana hingga Alana kepincut pesona si Alfatihah.

"Saya Alif suaminya Hana" Alana menerima piring yang diserahkan oleh suami Hana.

Bakal panjang nih surahnya, Al Baqarah cuy, Alif lam mim. Cukup pak Alfatihah aja yang bacanya pas shalat, nih Alif lam mim jangan. Duh, Alana jadi rindu Alfa. Padahal suaminya itu baru saja pergi tadi.

"Apa ini?"

"Kata Hana kamu datang ke rumah waktu itu dan memberikan makanan yang enak. Maaf balasannya saya hanya memberikan snack, istri saya tidak bisa masak"

Mengangguk kikuk, Alana diam dan menggelengkan kepala samar. Suami laknat, istri sendiri di jelekan. Kalau Alfatihah insyaallah suami idaman, mana mungkin Alfa memburukkan Alana? Istrinya ini kan terlalu Demian. Subhanallah, maksudnya sempurna.

"Ah iya, terimakasih"

"Saya--"

"MAS.. PULANGGG!!!!!"

"Astaghfirullah merdunya suara setan!" Tanpa sadar Alana bergumam, merasa Alif lam mim masih ada di sini, Alana nyengir, respon apa itu? Alif tidak marah? Wah patut diragukan..

"Baiklah saya pamit dulu" Alana mengangguk kemudian menutup pintu.

°°°

Datang dengan dua kresek besar buah-buahan, Alfa tersenyum melihat Alana tengah berbaring dilantai. Seperti tidak mempunyai kasur saja, sudah dibilang kan Alana ini memang senang dengan sesuatu yang orang susah able .

"Alan! Bangun" Alana mengerjabkan mata dan mencium pipi Alfa.

"Kapan pulangnya? Kok lama? Saya sendirian di sini. Pengen nyanyi!"

"Iya nyanyi aja?" Alfa melepaskan pelukan mereka dan menuntun Alana duduk di sofa.

Penatnya Alfa dalam bekerja hilang karena Alana yang menggemaskan seperti ini.

"Wahai kau burung dalam sangkar, betapa nasibmu malang benar, tak seorangpun akan tahu ada lara dihatimu...." Alfa menangkup pipi Alana dan menatap bola mata cokelat terang seperti warna matanya itu dalam.

"Apakah kamu merasa terkurung?" Alfa memeluk sang istri. Merasa sangat bersalah karena meninggalkan Alana dan mau saat Alana menyuruhnya untuk bekerja. Lihat kan, dampaknya Alana merasa kesepian.

"Maaf saya tidak bermaksud seperti itu, saya benar-benar akan berhenti berkerja" Alfa menatap Alana sendu. Alana menggeleng merutuki nyanyian dan otak Alfa yang subhanallah telah berputar kemana-mana.

"Maksud saya bukan seperti itu" Alana menghapus air mata Alfa yang menetes. Jujur Alana pengen ngakak, jarang-jarang kan melihat sosok Alfa yang lemah seperti ini? Biasanya Alfa sok kuat dan sok tegar. Duh, jadi gak tega yang nulis dan yang baca jadi pengen cium Alfa, astaghfirullah khilaf.

"Tidak ini salah saya"

"Ya sudah, gak pa-pa deh bapak berhenti kerja" Alfa melayangkan senyuman dan kecupan bertubi-tubi di wajah Alana.

"Duduk di sini dulu, saya ganti baju"

Alana menahan Alfa dan mengedipkan sebelah mata genit "mau dibukain gak pak?"

"Alana ini sudah malam, jangan macam-macam!" Terbahak Alana menyandarkan punggung di sofa menikmati sinetron suara hati istri.

"Nih film pasti bikinnya susah, kudu baca pikiran dulu bener gak sih?"

"Pak"

"Hmm?" Alfa mencuci buah dan memotong menjadi bagian-bagian kecil sembari menyuapi sang istri.

"Saya ituuuu.. hmm, mau ngomong apa ya tadi? Udah lah, besok bapak harus tetap kerja dan saya bakalan ikut. Kalau saya kekantor bapak saya gak bakalan sendirian lagi di sini"

Menatap Alana lelah, Alfa kembali menyuapi buah "Bukannya kamu sudah setuju kalau saya berhenti?"

"Siapa bilang?"

"Kamu"

"Hah gak ada tuh"

"Iya tidak ada, karena wanita selalu benar"

"Cakeppp!!!"














Jangan lupa taburin bintang dan komentar my loff 🥀

Alana - My mahasiswi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang