Banyak banget cobaan sampai bingung mau coba yang mana dulu
_Alana Kanara_
Melihat Alana yang duduk di bawah pohon sambil mengais-ngais tanah, entahlah mungkin mencari cacing. Yang pasti Alfa ingin mendekati perempuan itu.
Rindu.
"Alana!"
Menoleh, Alana menyipitkan mata lalu kembali fokus pada kegiatan yang tadi sempat tertunda.
"Kamu lagi cari apa?"
"Sini deh!" Alana melambaikan tangan membuat Alfa mendekat dan melihat apa yang akan cari.
"Saya tidak melihat apapun selain tanah"
"Ya itu, saya juga kesel liat orang yang bikin saya sakit hati.. gak liat saya yang sakit hati karena dia dekat dengan orang lain" cibir Alana yang tidak dimengerti oleh Alfa.
"Kamu memiliki pacar?" Mengusap tengkuknya pelan Alfa kebingungan karena kalimat Alana yang tidak didasari dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau penggunaan kosa kata yang belibet, riwet, runyam.
"Kami gak pacaran?"
"Terus"
"Nabrak" Alana menghentikan aksi mengais tanah yang unfaedah tadi lalu menghadap Alfa, menatap laki-laki itu dengan pandangan lurus.
"Saya mau pergi aja deh!" Menoleh, Alana melepaskan halus tangan Alfa yang menahan lengannya "jangan ditahan pak! Nessa kasihan loh!"
Berlari, Alana menyeka air matanya. Sialan Alana benci situasi dimana dia menjadi lemah seperti ini. Sementara itu Alfa menaikan alis, ini maksudnya apa? Alfa sama sekali tidak paham.
Masuk ke kelas sambil menunggu dosen datang, Alana duduk dengan wajah ditekuk.
"Lo kenapa Al?"
"Gue ngerasa sakit hati" lirih Alana menjawab pertanyaan dari Beno.
"Oh" Beno hanya ber'oh'ria saja lalu melengos pergi. Alana mau cerita, tapi dengan siapa?
Dosen yang sedang ditunggu datang, dahi kinclongnya sudah membuktikan seberapa hebatnya beliau dalam mengajar para mahasiswa. Alana contohnya, mahasiswa yang kagum dengan pak Bambang. Saking kagumnya Alana sampai tak bisa berkata-kata lagi.
Pak Bambang ini tipe dosen yang memberikan nilai pada semua mahasiswa dengan jumlah yang sama, maka dari itu saat mata kuliah pak Bambang dipastikan seluruh mahasiswa akan bermalas-malasan, apalagi yang sudah malas dari sononya.
"Waktu lama banget muternya, gue bosan pakai banget!" Alana mendesah kecewa saat kecepatan jam dinding di kelasnya berdetak satu menit sekali. Patut diragukan...
"Shht.. pinjem pulpen!" Alana berbisik pada teman disampingnya "pinjem pulpen sama yang disebelah lo, terus kasih sama gue lagi, bilang gitu sampai habis" Alana tersenyum kala semuanya menyerahkan pulpen mereka.
Percayalah kegabutan Alana sudah dilevel teratas, di puncaknya malas akan kehidupan yang klise seperti ini. Hingga tanpa sadar dengan otaknya Alana dapat menciptakan hasil karya dengan pulpen teman-temannya.
"Alana apa yang kamu lakuin?" Sentak pak Bambang marah melihat tumpukan pulpen yang Alana susun menjadi menara.
Bukan Alana namanya, kalau tidak bisa membodohi dosen. Pak Alfatihah saja yang tingkat kepintarannya diatas rata-rata jadi tidak bisa di begoin. Kalau dosen lain, semua teman Alana.
"Pak fakultas ini jurusan apa?"
"Akuntansi-ekonomi!"
"Nah saya sedang membuat menara untuk konstruksi bangunan yang akan saya buat di masa depan sambil menghitung anggaran semen dan batu bata serta bahan lainnya" alis pak Bambang terangkat, setelah itu dua jempol pak Bambang melayang untuk Alana.
"Teruskan Alana, kamu punya bakat"
"Makasih pak" jawab Alana nyengir kuda, Alana bangga.
"Iya punya bakat ngibulin dosen!" Seru semua mahasiswa dibelakang Alana membuat perempuan itu merinding.
"Gak boleh gitu! Kita semua harus berterima kasih pada Alana. Kalau gak ada dia, mana bisa kita liat manusia terbodoh di kampus ini, babu pak Alfa!"
Beno sialan!!!
°°°
Begitu Alfa sampai dirumah sudah ada Raja dan Alena yang menyambut Alfa dengan senyuman yang menutupi wajah bersalah mereka.
"Maafkan kami nak! Tidak seharusnya kami meragukan kamu" Alfa mengangguk, masuk kedalam pelukan ayah dan ibunya.
"Sekali lagi kami minta maaf!" Seru Raja dengan wajah yang ditekuk. Alfa menggeleng.
"Alfa tidak menyalahkan kalian, ini semua salah Nessa! Perempuan itu yang menyebabkan situasi ini menjadi rumit"
"Baiklah ibu buatkan kamu makanan! Apa kamu mau?" Menatap sang anak dengan wajah berbinar, Alena menunduk sedih saat Alfa menggeleng.
"Tidak ma, Alfa sudah kenyang" tolak Alfa halus, dia masih ingat apa yang terjadi setelah memakan makanan ibunya yang memiliki rasa enak tapi mematikan itu.
"Tapi Alfa--"
"Gak usah repot memasak untuk Alfa ma, Alfa sudah mempunyai seseorang yang bisa memasak lebih handal dari chef dan tentunya bisa memasak kapanpun dan di manapun Alfa mau"
Alena menyipitkan mata "apa kamu membicarakan perempuan?" Alfa mengangguk.
"Seseorang yang bisa merubah sudah pandang Alfa, seseorang yang mampu membuat Alfa senang dan sedih disaat bersamaan" ringis Alfa saat mengingat laki-laki yang digandeng mesra oleh Alana beberapa hari yang lalu.
"Dia dunia baru Alfa, seseorang yang bisa membuat semua masalah Alfa hilang dalam sekejap. Dia luar biasa!" Alena memeluk sang putra, tak sadar Alena sudah terlalu tua dan anaknya mulai dewasa.
"Semoga dia jodoh kamu ya nak! Siapa namanya? Kapan kamu ajak kerumah dan membuat keluarga kita dan keluarganya semakin dekat?" Alfa memegang dada gugup.
"Gak kepikiran sampai sana ma, Alfa nanti pasti akan mengenalkan perempuan ini. Sebelum itu Alfa ingin mengurus sesuatu yang membingungkan terlebih dahulu!"
Taburan bintangnya ya dear🥀
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana - My mahasiswi
Fiksi RemajaWajahnya memang kalem bin dingin dan terkadang terkesan ketus. Tapi sesungguhnya Alana tidak bisa di anggap sebagai orang yang pendiam jika kalian tidak dekat dengannya. Alana Kanara adalah perempuan yang mempunyai tingkat ke-barbar-an level pro. A...