Semakin malam, semakin banyak pikiran. Jam tidur berkurang, bahagia juga makin jarang.
_Penulis, Wina_
16++
Sebelum lanjut baca cerita ini gue mau kasih tau. Kalau gak suka berenti aja bacanya, nanti endingnya malah marah-marah karena ceritanya gak sesuai ekspektasi kalian dan akan ada komentar yang bikin gue sakit hati mending gak usah.
Cerita sebelah udah jadi pelajaran buat gue, hehe, gue sampai gak semangat lanjutin cerita lain gara-gara komentar itu.
Please, jadi smart reader ya dear! Gue sayang kalian, gue harap kalian juga sayang gue dan gak kasar sama gue.
Happy reading 🥀
"Pak Alfa!" Alfa menoleh dan menyerinyitkan dahi, mahasiswa kesayangan Alfa ini kenapa? Seperti tidak diberi makan saja.
"Iya Alan? Ada yang dibutuhkan?"
Brak.
Menggebrak meja, Alana menatap Alfa lurus "bapak kenapa gak nyuruh saya lagi? Ini udah dua minggu loh pak, saya gak bisa diginiin!" Wajah Alana kentara sekali kalau perempuan itu menderita karena tak melakukan kegiatan yang sudah seperti nafasnya sendiri. Menjadi babu Alfa .
Menaikkan alis, Alfa jadi bingung sendiri. Aneh sekali kan Alana ini? Jika Alfa memberikan perintah Alana akan marah-marah, tapi saat Alfa tak kunjung memberikan tugas atau perintah, Alana juga marah.
"Mau kamu bagaimana?"
"Gak mau disuruh, tapi mau di suruh juga" sabarkanlah Alfa, yang nulis dan juga yang baca.
"Ya sudah kamu saya suruh buatin saya teh tapi pakai air laut" Alana melongo, sejak kapan teh pakai air laut dan yang anehnya lagi. Siapa yang menyukai teh dengan cita rasa asin? Bukan hanya itu kalau Alana bertemu dengan teman Alfatihah si hiu gigi gergaji bagaimana? Alana masih ingin hidup bahagia bersama dengan..
"Ya gak bisa gitu dong, sa--"
"Okay, yang saya suruh gak jadi. Kamu mau di suruh dan tidak sekaligus kan?" Alana manggut-manggut, benar juga kata si Alfa. Tapi badan Alana gak pegal-pegal kayak biasanya. Ini Alana yang bodoh atau bagaimana?
Berbalik, Alana melengos meninggalkan ruangan si Alfatihah.
"Alan!"
"Iya?" Jawab Alana menyembulkan kepala di balik pintu ruangan Alfa yang masih terbuka.
"Akhir pekan kamu ada jadwal?"
"Jadwal? Mata kuliah?" Alfa mengangguk.
"Gak ada, emang mau ngapain nanyain itu?"
"Saya akan tunggu di rumah kamu jam tujuh pagi pekan depan"
Mengangguk, Alana melemparkan dua jempol "hngh.. okay!"
Kini, Alana harus rela jadi Baygon semprot karena dua manusia yang entahlah mungkin menjadi mantan pengungsi di rumahnya sekarang tengah bermesraan.
"Baby, aku mau di suapin" Lala membuka mulutnya, dengan sabar Gala menyuapi Lala, layaknya anak sendiri. Malika.
"Manja banget sih Lo" ketus Alana sarkas yang dibalas dengusan oleh Lala.
"Iri, bilang babu"
Jleb.
Hanya mampu meringis, Alana kembali harus fokus karena ABG labil dihadapannya ini kembali bertingkah.
"Al gue boleh gabung?" Menoleh, Alana tersenyum dan mengangguk.
"Jadi gimana urusan kampus kak?" Tanya Alana tak ingin fokus ke dua manusia didepannya yang tampak acuh.
"Sejauh ini lancar, apa Rafael membuat ulah?" Alana menggeleng. Mengingat Rafael, Alana jadi ingat ibunya dan makanan india. Tolong, Alana harus bagaimana ini.
"Eng.. enggak ada"
"Baby, aku mau kamu mangku aku. Ya?" Alana dan Dewa melotot.
"Apaan sih La! Ntar orang-orang salah paham" Gala membuka botol minuman lalu menyodorkan untuk Lala yang langsung perempuan itu minum hingga tersisa setengah kurang.
"Gak pa-pa baby, kita kan udah sering ginian" Lala melirik Dewa dan Alana "kekamar juga kita berdua kan?" Gala menghela nafas dan menggeleng.
"Gak a.."
"Gue kira pacaran lo sehat Gal" Alana dan Dewa sama-sama menggelengkan kepala.
"Ini bukan seperti yang kalian bayangkan!!" Gala mengacak rambut frustasi sementara Lala tersenyum penuh kemenangan. Tangan perempuan itu merayap menembus kaos yang dipakai Gala.
"Baby, mau ini!"
"Astaghfirullah, Alana !! Dewa!! Balik gak Lo berdua ada pedofil!!"
°°°
Makan berdua di restoran mewah, Evan menatap Zoelva yang sama sekali tidak menyentuh makanannya.
"Apa yang kamu pikirkan El?"
Menoleh, Zoelva menghela nafas sebentar "apa kamu yakin dengan ini Van? Saya gak bisa kalau liat kamu terlibat seperti ini, saya tidak ingin memanfaatkan kamu hanya karena kamu merasa balas jasa karena saya menyelamatkan adik kamu waktu itu"
Menggeleng, Evan mengusap bekas makanan yang ada di bibirnya dan menatap Zoelva dalam sembari tangan besarnya menggenggam tangan Zoelva lembut "apa kamu menganggap saya tidak tulus?"
"Bukan tidak tulus Van, saya tahu kamu tulus membantu. Tapi, tidak sampai berlebihan seperti ini. Kamu pantas bahagia"
Tersenyum, Evan mengerutkan kening "apa kamu tidak mempercayai saya? Bukan maksud saya seperti itu"
"Lalu"
"Saya tulus dengan kamu El"
"Hmm, apa ini atas dasar cinta? Atau.. hanya karena wajah saya yang mirip dengan ibu kamu dan Alana" Evan meringis, iya benar itu salah satu alasannya mendekati seorang perempuan sampai ketahap yang lebih serius seperti ini.
"Pertama-tama saya mau jujur ini memang benar demi sedikit rasa rindu saya karena melihat wajahmu selalu mengingatkan saya pada mama. Saya menjadi egois dan ingin memiliki kamu hanya, hanya, dan hanya untuk saya Zoelva Prisia untuk seorang Evander Arkana"
Zoelva tersenyum "apa kamu akan tetap mencintai saya kalau wajah saya tidak seperti ini?"
"Entahlah, tapi yang perlu kamu tahu, saya serius" mendekat, Alfa menyentuh permukaan bibir Zoelva sedetik kemudian bibir Evan sudah menyatu dengan bibir Zoelva.
Mata Zoelva melotot, dia ingin keluar dari suasana ini. Tapi, badannya tidak sinkron dengan otak Zoelva. Dia.. menikmatinya.
Menetralkan nafas, Zoelva menatap wajah Evan yang sama sepertinya diliputi kabut nafsu "kita sama-sama sudah dewasa El, saya tahu kamu paham maksud saya"
"Apa- apa yang tadi kamu lakukan?" Bibir Zoelva kembali Evan cium dengan kecupan singkat.
"Mencium kamu El, apa kamu mau lagi?"
Zoelva diam kemudian menatap bibir Evan "apa kamu mencintaiku?"
"Cinta? Saya rasa sesuatu yang bernama cinta bisa muncul sendiri nanti. Ayo kita berusaha agar cinta tumbuh di hati kita berdua"
Baca note gue yang sekalian masuk ke cerita tadi kan? Nanti jangan marah sama gue, kayak pembaca yang astaghfirullah tadi ya! Okay jangan lupa taburin bintang sayang, komen dan tag teman kalian, supaya gue makin cepet up🥀
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana - My mahasiswi
Novela JuvenilWajahnya memang kalem bin dingin dan terkadang terkesan ketus. Tapi sesungguhnya Alana tidak bisa di anggap sebagai orang yang pendiam jika kalian tidak dekat dengannya. Alana Kanara adalah perempuan yang mempunyai tingkat ke-barbar-an level pro. A...