🥀 lima puluh lima 🥀

14.4K 1K 70
                                    

Jangan lupa makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa makan. Karena yang nulis sering gak makan , bukan diet tapi gak suka makan (hemat) sekarang masih kayak gitu dan dampaknya itu lebih nyess dari sakit hati. Sakit banget!!

Hari ini Alana dipertemukan kembali dengan dua laki-laki yang akhir-akhir ini jarang bertemu dengannya. Spesial chapter, yang kangen Dewa sama Rafael. Kurang apalagi yang nulis coba? Iya kurang cinta tau kok, yang baca kurang apa? Duit? Kerja !

"Saya pergi dulu"

"Ngapain bilang ? Pergi aja kantor lo gak berubah kan tempatnya?" Mengelus dada, Alfa pergi setelah mengelus puncak kepala sang istri dan mencium pipinya singkat. Gini banget nasib Alfa di cuekin istri sendiri tuh rasanya nyesss banget. Ah mantap.

"Saya pergi"

"Iya sono!" Alana memeluk Rafael erat.

"Huwaaa kangen banget sama kak Rafael"

"Gue juga"

"Gue gak Al?" Tanya Dewa terkekeh saat setelahnya Alana memeluk tubuhnya.

"Kangen juga, mau pergi gak? Kita jalan-jalan kemana gitu?" Rafael dan Dewa menggeleng. Mereka sudah di wanti-wanti Alfa untuk tidak membawa Alana keluar. Kondisinya tidak dengan anak di perut saja sudah banyak yang mengincar, apalagi tengah hamil seperti ini. Danger.

"Ehmm... Kak Rafael sama kak Dewa kapan baikan?" Rafael dan Dewa saling tatap kemudian melempar senyuman untuk Alana.

"Kami tidak pernah menjadi musuh" Rafael tersenyum, Alana menatap Rafael penuh selidik kemudian mengangguk mengerti.

"Ya Udin, gue mau keluar, kita makan apa kek. Gue lagi gak pengen dirumah" Rafael menggeleng.

"Gak usah, nanti gue beliin. Lo sama dewa aja. Mau makan apaan?"

"Mie ayam aja, nih uangnya"

Menggeleng, Rafael mengembalikan uang Alana "mie ayam gak bakalan buat gue jadi gelandangan. Gue pergi dulu, Dewa lo jagain Alana" Dewa mengangguk.

Sementara Rafael pergi untuk membelikan mie ayam untuk mereka bertiga. Alana dan Dewa masuk kedalam rumah. Alana bertugas menyuruh saja dan Dewa menjadi pelayan untuk Alana. Memang epic. Akhirnya bisa merasakan menjadi majikan. Seperti Alfatihah.

"Gak papa ini dipakai di luar?" Dewa membawa sapu Alana yang terlihat masih baru. Terbukti dengan sapu yang masih disegel. Apa tuh yang disegel? Apa kek.

Mengangguk, Alana mengekor Dewa yang siap menyapu di luar rumah "sapu di rumah ini memang kayak pajangan, karena pak Alfa gak suka liat gue bersih-bersih. Dia lebih suka nyewa cleaning service"

"Oh"

Dewa kan sebelas dua belas dengan Alana waktu di kampus dulu. Kalau Alana disuruh si Alfatihah, Dewa ini tidak disuruh siapa-siapa, tapi disuruh kewajiban. Sebagai presiden mahasiswa, Dewa dituntut untuk memberikan contoh baik bagi setiap mahasiswa walaupun kadang perilaku Dewa sama sekali tidak dicontoh mereka. Poor Dewa.

Alana - My mahasiswi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang