🥀 tiga puluh enam 🥀

16.2K 1.4K 6
                                    

Tetaplah bernafas sebelum kita harus membeli oksigen untuk hidup.

_Sedikit pesan dari penulis, Wina_

Memilih untuk pergi dari rumah karena disini ada sang kakak yang menurut Alfa tidak tahu apa-apa tentang Alana dan malah mencela perempuan itu. Alfa memutuskan untuk pergi dan tidur di apartemen saja.

"Alfa!" Lirih Alena yang dibalas Alfa dengan senyuman tipis.

"Alfa gak pergi buat selamanya ma, Alfa cuma mau nenangin diri. Kalau dirumah, Alfa gak bisa tenang ada setan" tekan Alfa sengaja pada kalimat akhir.

"Kalau pulang bawa Alana ya! Mama kangen masakan enak Alana"

"Iya na--"

"Oh ternyata disini dia dijadikan pembantu. Baguslah!" Bibir Alfa terkantup, dadanya naik turun dan tangan Alfa terkepal kuat.

"Gila!" Cibir Alfa yang tentu saja diarahkan untuk James. Alfa langsung pergi saat itu juga.

Sesampainya di kamar apartemen, Alfa duduk di balkon, mengerinyit saat benda pipih di samping dia duduk menyala, Alfa langsung mengangkat sambungan telepon video atau video call karena penelepon itu adalah.. Alana.

Sosok yang membuat Alfa uring-uringan tidak jelas seperti sekarang.

Alana-my mahasiswi

Alana saya mencintai kamu

Aku Alfa saat itu juga membuat mata Alana yang semula datar sekarang terlihat membola, saking terkejutnya dengan pengakuan Alfa. Tidak menyangka, tentu saja.

Alana maukah kamu menjadi ibu dari anak-anak saya?

Hmmm, maksud saya maukah kamu menikah dengan saya? Saya merasa tidak pantas mengutarakan hati saya disini, tapi saya juga merasa aneh karena hati saya ingin mengeluarkan kata itu.

Alana diam, tak ingin memprotes atau melakukan apapun. Dia meminum kopi hitamnya menyeka air mata yang sialnya kembali keluar.

Apa kamu begitu terharu?

Masih belum ada jawaban sampai akhirnya Alana mencolokkan airpods ke ponsel dan menatap Alfa lebih dalam.

Saya akan pergi ke Amerika

Alfa ketar-ketir, ini Alana tidak sedang becanda kan? Apa-apaan air mata itu? Alfa membencinya, sangat!

Tidak!

Apa yang kamu maksud?

Hmmm, saya cukup mengerti dengan cinta yang bapak ucapkan. Saya juga merasakan hal itu, but sekarang saya sadar kalau itu bukan cinta, saya cuma tertarik, maybe, bapak juga begitu.

Alfa menggeleng hebat, tidak Alfa tahu dia tidak hanya sekedar tertarik dengan alana. Mana ada orang yang hanya tertarik selama bertahun-tahun lebih seperti Alfa. Tidak mungkin.

Alana kamu kenapa?

Seperti yang bapak lihat saya tidak sedang baik-baik saja, disini.

Alana menunjuk dadanya sambil tersenyum miris. Mengasihani diri sendiri.

Alana kamu sekarang ada dimana? 

Pesawat.


Alana mengedarkan ponsel sehingga Alfa bisa melihat dengan jelas apa yang terlihat di sana. Alana ingin pergi kemana? Pertanyaan itu muncul begitu saja, karena Alfa yang saat ini.. ketakutan.

Saya tau bapak sungguh-sungguh, saya mengerti, sangat mengerti kalau bapak serius dengan saya. Mungkin bapak mengira saya setuju dengan ikut ke rumah bapak waktu itu, setuju dalam artian saya juga menyukai bapak.

Memberi jeda, Alana tersenyum. Senyum paksa, Alfa menyadari itu, tapi tak ingin memotong.

Sekarang carilah seseorang yang lebih baik dari saya.

Sambungan telepon terputus, Alfa memandang suasana malam yang dipenuhi bintang.

"Memang suasananya indah, tapi hati saya tidak"











Part selanjutnya, bisa dibaca saat malam, supaya feel-nya ngena ya dear🖤 Taburin bintang dan komentar my loff 🥀

Alana - My mahasiswi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang