WARNING!!!
BAGI YANG TIDAK SUKA ATAU TIDAK NYAMAN DENGAN APA YANG PENULIS MASUKIN DI SINI, SILAHKAN MINGGIR. PEMBACA YANG MARAH-MARAH DAN HOBBY BIKIN MOOD DOWN, DIPERSILAHKAN MENINGGALKAN LAPAK. KRITIK DIHARGAI ASALKAN KATA-KATA DIPERHALUS, JANGAN BACOD.
SEKALI LAGI BAGI YANG TIDAK SUKA DENGAN CERITA WINA BISA PINDAH KE LAPAK LAIN YA DEAR 🥀.
.
.Perwakilan kelas datang dengan senyuman merekah. Sudah bisa ditebak mahasiswi berkedok malaikat Jibril yang bertugas menyampaikan wahyu dari bapak dosen terhormat dan terkiller kepada para mahasiswa akan menyampaikan kabar baik. Semoga.
"Ada kabar kematian pak Alfatihah gak Ben?" Tanya Alana antusias, sayangnya bukan jawaban itu yang diinginkan Alana, pak Alfa dosen mereka tidak meninggal. Masih hidup, belum bisa dibacakan surah Al-fatihah ataupun Yasin.
"Lah terus lo senyum, kek gak ada beban hidup gitu kenapa?" Tanya Alana tidak peduli, Alana ingin bahagia dan sumber kebahagiaannya adalah kematian dosen kampret yang selalu menindas dan membuat Alana sengsara. Alfa.
"Ya karena kelas kita free, di jam pak Alfa"
"Cius lo gak ada yang gantiin tuh surah?" Tanya Alana dengan mata berbinar, sedangkan mahasiswa lain ikut menunggu jawaban dari Beno.
"Iya gak ada tugas juga?" Tanya mahasiswa lain.
"Beneran gak ada tugas kayak biasa?"
Beno mengangguk "gak ada kita free tiga jam ke depan"
"Alhamdulillah" pekik semua mahasiswa kesenangan.
"Tarik sis!!" Alana naik ke atas meja dosen membuat semuanya terbahak.
"SEMONGKO!" Alana ikut terbahak dan berdehem sebagai pembukaan suaranya yang alhamdulilah tidak terlalu memalukan.
"Bintang kecil di langit yang biruuu oouyyyyy..
Amat banyak menghias angkasa ahah ahahaaa" Alana mengangkat tangan diikuti para mahasiswa fakultas ekonomi."Lanjut Al"
"Jangan kasih kendor"
"Goyang abis Al"
"Jangan berenti Al!"
Mereka berseru semangat, seakan telah merayakan kematian Alfa. Padahal ini hanya kabar dia tidak bisa masuk kelas dan mereka sudah sebahagia ini, bagaimana kalau Alfa benar-benar mati?
"Aku ingin terbang dan menari hiiii...
Jauh tinggi ketempat kau berada eh eh ehe" Alana turun dari meja kebesaran Alfa dan dosen lainnya. Ckk, Alana benci saat mereka duduk di sana dan menguasai semuanyaAlana menepuk-nepuk meja menjadikannya gendang "Bintang kecil ouy di langit yang biru
Amat banyak menghias angkasa ahahahahaaa
Aku ingin terbang dan menari eh eh- aduh sakit" pekik Alana saat kerah kemeja hijau lumutnya ditarik Alfa kebelakang dan membuat Alana merasa tercekik."Kamu ngapain?"
"Memperingati ketidakhadiran bapak lah" jawab Alana, lalu nyengir saat merasa kalau dia salah bicara.
"Bagus ya, kamu provokator di sini?" Tanpa sadar Alana malah mengangguk.
"Apa bisa diulangi lagi?" Sentak Alfa marah, bisa-bisanya mereka terlebih Alana membuatnya semakin pusing.
"Sayang! ganteng tapi budeg, copot aja tuh kuping gak guna, jual, sumbangin uangnya buat saya. Mayan saya beli seblak"
Nyengir. Alana menatap Alfa polos, berharap Alfa tidak akan menghukumnya walaupun itu nihil.
"Kamu! Sudah mengoceh yang tidak penting? Kalian semua ikut saya ketengah lapangan!"
Meronta, Alana tidak mau ke sana begitupun dengan mereka semua. Beda dengan Alana yang melawan, mereka semua hanya menurut tidak ingin nilai yang tidak bersalah malah kena imbas.
"Pak saya aduin sama kakak saya loh!"
"Pak saya aduin sama Gala nih!"
"Pak saya--"
"Diam! Kamu harus dihukum biar jera dan tidak memperburuk fakultas ekonomi lagi, semenjak kedatangan kamu fakultas ekonomi sudah tidak suci lagi"
Pasrah, Alana diam bersama seluruh mahasiswa yang berjumlah 30 orang dengan Alana.
Mata Alana memincing, menatap langit yang sangat terik. Entah kenapa wajah Alfa bercahaya, seperti berwarna merah dan ditambah sedikit tanduk. Jadilah iblis, setan, astaga Alana jadi ingin menghujat.
"Pak Al" panggil Alana membuat Alfa yang diam sambil memperhatikan mereka semua mengalihkan atensi pada Alana yang wajahnya sudah memerah. Kulit Alana itu putih, bersih, dan mulus dicium matahari sedikit saja sudah merah seperti ikan yang sedang dipanggang dan manusia kurang belaian yang memanggang anak-anak fakultas ekonomi adalah Alfa.
"Alana" peringat Beno yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Alana.
"Ben ini buat kalian semua, di sini gue yang salah" Alana menghampiri Alfa, laki-laki itu menaikkan alis.
"Kenapa kamu sudah tidak tahan?"
Nyengir, Alana menggeleng dan memegang tangan Alfa "pak bisa pertimbangan teman-teman saya untuk ke kelas? Disana ada Hanum, dia gak tahan panas kalau pingsan saya pasti ngerasa bersalah banget"
"Ya sudah kalian semua boleh kembali ke kelas, kecuali Alana"
Alana kembali ke tengah lapangan, Alfa hanya memperhatikan.
"Kenapa kamu mau saya mati?"
Alana gelagapan, haduh ini jawabnya gimana? Ya udah votement dulu lah biar Alana bisa mikirin jawabannya.
Taburin bintang ya dear🥀
Aku tuh sayang banget sama readers yang uwu uwu bikin tayangggg kek kalian hehe, silent reader sayang ugha tapi setengah🥀
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana - My mahasiswi
Teen FictionWajahnya memang kalem bin dingin dan terkadang terkesan ketus. Tapi sesungguhnya Alana tidak bisa di anggap sebagai orang yang pendiam jika kalian tidak dekat dengannya. Alana Kanara adalah perempuan yang mempunyai tingkat ke-barbar-an level pro. A...