🥀 empat puluh 🥀

18.9K 1.4K 64
                                    

Gue kasian deh sama keong, udah berkeluarga tapi gak bisa serumah. Mudah-mudahan nanti bisa ya.

_Penulis yang suka baper dan ditinggal pas lagi sayang sayangnya, Wina_

Saat Alana menelepon waktu itu, ponselnya sudah Alfa lacak. Jadi tidak heran, dia menemukan tempat Alana sekarang dengan mudah.

"Jadi apa jawaban kamu untuk pertanyaan saya waktu itu?"

Mata Alana mengerjab, kepalanya tertoleh ke arah lain "pertanyaan? Humm, yang mana?"

Jemari panjang nan kokoh milik Alfa menarik dagu Alana hingga perempuan itu terpaksa menatap Alfa "belum mengerti?" Alana menggeleng.

"Baiklah akan saya ulangi"

"Saya mencintai kamu Alana, maukah kamu menikah dengan saya?" Alfa tersenyum saat melihat mimik wajah Alana yang terharu karena layar lebar yang terpasang, menampilkan Evan dan Zoelva yang berada di rumah sakit, serta Gala, Lala, Fino dan Allysa di atas pasir dan semua keluarga Alfa.

Tak menjawab, Alana menelisik seluruh pantai, tidak ada si James jahanam. Alana tersenyum ke arah Alfa dan memeluk laki-laki itu.

"Iya saya mau"

"Perfect" gumam Alfa saat jemari lentik Alana sudah dipasangi cincin. Semuanya bersorak gembira. Alena dan Raja memeluk kedua orang yang akan melangsungkan pernikahan itu.

"Selamat ya Al"

"Makasih" jawab Alana dan Alfa bersamaan sambil terkekeh kecil.

"Selamat ya Al" ucap Viola dan Roy serta semua yang ada dilayar tancap.

"Silimit yi im" Galang mencibir dengan kalimat menye-menye, dia masih ingin menjahili sang om namun tidak bisa karena Alana yang sudah terikat dengan Alfa saat sang om memasangkan cincin.

"Hmmm, ayo kita menemui kakak kamu" Alfa membawa Alana menuju rumah sakit sang kakak.

"Alfa?" Alfa mengangguk.

"Iya kak, saya Alfa"

"Apa kau benar-benar serius dengan adik saya?" Tanya Evan, sekarang mereka sudah duduk di sofa rumah sakit. Evan sudah sembuh, sedangkan Zoelva masih harus banyak menerima pengobatan akibat luka tusuk di perut.

"Ya saya serius, sangat!" Jawab Alfa mantap, tak ada keraguan di sana. Alfa sungguh-sungguh.

"Hmm, apa kamu tahu sesuatu tentang Alana?"

"Maksudnya?" Evan tersenyum tipis.

"Tidak di sini, ayo kita cari tempat yang lebih nyaman"

"Oke"

Evan dan Alfa saat ini ada di bangku rumah sakit, memastikan kalau topik pembicaraan tidak ada di sini, mereka baru mulai berbicara.

"Saya rasa ada sesuatu yang Alana tutupi, dia selalu menutupi keningnya, saya melihat ada bekas biru di sana. Maaf, apa kamu tahu siapa pelakunya?" Alfa meringis.

"Pelaku, hmm sebenarnya yang melakukan itu Alana sendiri" aku Alfa membuat alis Evan terangkat satu.

"Ceritakan, apa yang terjadi saat saya tidak ada di sana"

Sesuai permintaan Evan, kakak dari Alana. Dengan berat hati Alfa menceritakan kejadian ini. Karena, menurut Alfa yang bersalah di sini adalah sang nenek, mood Alana langsung berubah drastis saat neneknya bercerita saat itu.

"Hmm, saya kenal nyonya Wulandari, beliau berkali-kali menawarkan mengurus saya dan Alana tapi saya menolak dan memilih sendirian. Membiarkan Alana tumbuh menjadi sosok perempuan mandiri"

Alana - My mahasiswi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang