🥀 lima puluh empat 🥀

13.4K 1K 115
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi dari dua gambar di atas, kalian kangen yang mana? Gue kangen dua-duanya sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi dari dua gambar di atas, kalian kangen yang mana? Gue kangen dua-duanya sih. Hiksd, jadi inget manjat pohon dulu baru nyebur ke kali, dan yang gambar ke dua itu seru banget kalau abis ujan wahh.. damagenya gak ngotak man.

Kalau yang gak pernah, karena udah jadi anak holang kaya dari orok gak pa-pa, lo tetep manusia.

Happy reading 🥀

Membawa Alana menuju kediaman Winata, Alfa dan Alana dibuat kebingungan karena kondisi rumah yang seperti sedang berduka. Kek ada yang meninggoy gitu.

"Assalamualaikum, ini ada apa ya kenapa kalian terlihat sedih?" Alfa meninggalkan Alana karena sang ibu menarik Alfa menuju dapur.

"Kamu kenapa bawa Alana kesini sih Al?"

"Lho kenapa ma?" Tanya Alfa. Pasalnya sang ibu terlihat sangat ketakutan saat melihat Alfa membawa Alana ikut serta ke rumah mereka.

"Alana kan hamil?" Alfa mengangguk "mama dan semua anggota keluarga gak pergi itu ke rumah kalian dan kasih sesuatu sebagai hadiah kehamilan Alana itu karena kami tidak bisa meninggalkan James di sini. Mental Alana bisa terganggu, dia tidak boleh mengetahui kabar buruk seperti ini mama gak mau cucu mama kenapa-kenapa"

"Maksud mama apa?"

"James meninggal" Alfa terkekeh.

"Gak lucu"

"Mama gak ngelawak Alfa! Mama mau kamu bawa Alana keluar dari rumah sekarang. Mama gak mau Alana dan bayinya kenapa-kenapa"

"Ehmmm.. maaf Alana nguping, Alana gak pa-pa kok ma" Alana tersenyum tipis, Alfa langsung menghampiri sang istri.

"Sayang kita pulang ya!" Alana menggeleng sembari mengelus pipi Alfa.

"Saya gak kenapa-kenapa kok, saya biasa aja. Ayo kita kunjungi makam kak James" Alfa menurut, membawa Alana ke pemakaman umum keluarga Winata.

"Kak kenapa harus pergi secepat ini?" Alana mengelus punggung Alfa menenangkan sang suami. Alana tahu Alfa pasti sedih, walaupun tidak ada tangis di sana, Alana tahu kalau Alfa sebenarnya sangat menyayangi sang kakak.

Terlepas dari semua perlakuan James ke dirinya Alana ikhlas.

Percaya saja di balik kejahatan pasti ada karma.

"Alana ayo pulang" Alfa membawa tangan Alana.

Di perjalanan pulang, Alana sempat-sempatnya mengabadikan momen atau apalah itu. Alfa tidak terlalu mempedulikan Alana, pikiran laki-laki itu masih terhenti pada saat sang ayah menjelaskan kronologi kematian James, jenazah sang kakak ternyata adalah bekas dari kekerasan atau pembunuhan, dari hasil autopsi bahkan ditemukan fakta kalau ternyata leher James di sambung.

"Pak udah lampu hijau" klakson dibelakang dan suara Alana menyadarkan Alfa dari lamunannya. Laki-laki itu menyetir mobil lebih cepat dan memarkirkan di pekarangan rumah. Suasana yang akan hujan makin mendukung, Alana melihat Alfa yang terlihat tidak berselera dan seperti orang yang frustasi... tidak peduli dan malah keluar rumah.

Sementara itu Alfa masuk ke dalam kamar mandi, mungkin dengan mandi pikirannya akan berhenti di titik dimana Alfa kebingungan dengan kematian sang kakak. Alfa lebih memilih Alana, sang istri dan bayi mereka, sekarang mereka lebih penting.

Di lain sisi, Alana berbaring di tengah halaman rumah, terkekeh kecil menikmati rintik hujan yang membasahi tubuh. Membuat Alana yang tadinya tertawa kini menangis.

"Hiks.. Alana masih gak inget!" Alana menjambak rambut frustasi.

"Kenapa.. hiks.. kenapa gue gak inget apapun tentang mama sama papa? Kenapa gue gak inget mereka? Masa kecil? Masa sekarang? Argh... Gue gak tau" Alana tersedak air hujan, perempuan itu mendongak untuk melihat siapa yang memberikannya payung.

"Pak Alif?" Alana langsung bangkit dan menyeka air mata.

"Ah iya, maaf saya tadi sekalian lewat jadi saya payungin kamu. Suami kamu dimana?"

"Saya di sini, Alana siapa yang nyuruh kamu hujan-hujanan?" Alfa mengangkat tubuh Alana.

"Cih, penggoda!" Alfa berbalik dan menatap Hana remeh.

"Suami kamu yang mendatangi rumah kami. Kalau punya otak mungkin bisa mikir. Siapa yang menggoda?"

°°°

Menikmati elusan Alfa di rambut sekaligus mengeringkan, setelah tadi dia keramas. Alana terbahak sambil memegangi perutnya yang terasa sakit karena apa yang dilihatnya sangat lucu. Bagi Alana. "Liat deh saya dapet photo ini pas tadi kita balik dari rumah orang tua bapak" Alana menyodorkan ponsel pada Alfa.

Tersenyum Alfa duduk di samping Alana "iya lucu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tersenyum Alfa duduk di samping Alana "iya lucu"

"Isshh.. lucu dari mana dulu?"

"Lucu karena dia naik motor dan semua orang yang ada di samping dan didepannya pakai mobil"

Alana berbaring di paha sang suami dan mengerucutkan bibir "bukan itu pak. Yang lucu itu Barbienya lah" Alfa mengangguk saja, bisa runyam kalau Alana ngambek.

"Sebenarnya yang lucu itu bukan Barbienya" Alana menaikkan satu alis.

"Terus yang lucu siapa dong?"

"Kamu" memeluk sang suami, Alana tersenyum penuh arti.

"Aaa.. jadi sayang" Alana mencium pipi Alfa berkali-kali.

"Saya lebih sayang" Alfa meraih tengkuk leher Alana dan menariknya hingga mendekat, Alfa terkekeh melihat Alana yang memejamkan mata.

"Kamu sayang dengan saya Alan?" Membuka mata, Alana mengangguk mantap. Jangankan yang nulis yang baca saja tau rasa sayang Alana ke Alfa itu bagaimana. Iya kan?

"Jauhi pak Alif, saya membenci istrinya?"

Lah apa hubungannya Zaelani?














Huwaa... Sayang banget sama semua reader yang aktif, selalu ngasih support lewat dm, komentar, dan chat wassap juga. Loff banget. Upnya cepet karena keaktifan kalian loh. Jangan lupa taburin bintang dan komentar my loff 🥀

Alana - My mahasiswi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang