🥀 lima puluh tujuh 🥀

19.4K 1.1K 26
                                    

Kalau bedah otak, apa bisa membuat pikiran Alana menjadi lebih sedikit manusiawi?

_Alfano Wisnuarya Winata_

Mengelilingi rumah Alfa tidak menemukan dimanapun petunjuk keberadaan Alana.

Masih mengenakan handuk karena baru saja melakukan ritual mandi, Alfa menyusuri rumah. Rumah kosong. Padahal ketika Alfa bangun tidur Alana masih ada di kamar dengan banyak gelas plastik bekas, tunggu, sejak kapan Alana jadi pemulung?

Memakai baju, Alfa menuruni satu persatu anak tangga dan keluar dari rumah saat mendapati pagar terbuka dengan Alana yang memunggunginya dan badan yang ada di selokan.

"Alan apa yang-- astaghfirullah!" Alfa mengurut dada dan berlari menuju rumah, mengambil air dan kain. Wajah Alana penuh dengan air selokan, meskipun selokan di rumah Alfa tidak terlalu kotor, tetap saja air selokan tidak baik.

Nyengir, Alana hanya pasrah saat Alfa mencuci wajahnya. Alfa menarik Alana naik dari selokan dan menyiram tubuh Alana yang seperti pemburu harta karun. Penampilan Alana.. ah tak bisa dijelaskan terlalu mantap dan membuat Alfa bergidik ngeri. Bagaimana nanti kalau anak mereka lahir? Semoga saja tidak seperti sang ibu yang astaghfirullah.

"Alan apa yang kamu lakukan?"

Menunjukkan anak katak, alias kecebong a.k.a berudu. Alana tersenyum manis persis seperti Alfa memakan berkilo-kilo gula, seperti itulah yang Alfa rasakan sekarang. Sangat manis sampai Alfa tak tega memarahi Alana yang seperti ini.

"Kenapa kamu menangkap mereka, lepaskan! Mereka ini untuk ekosistem" Alfa mengembalikan kecebong tadi, Alana turun lagi ke selokan.

Menghela nafas, Alfa menarik Alana naik kembali ke atas. Untung saja di sini masyarakat tidak terlalu sering keluar rumah, jadi Alana tidak akan malu dan yang lebih penting Alana tidak akan membuat Alfa dan bayi mereka malu. Bagaimana kalau nanti anak mereka bertanya apa yang sang ibu lakukan ketika hamil? Tidakkk... Alfa tidak akan membiarkan cerita tentang sang ibu membuat anak mereka.. engh.. begitulah.

"Pak saya lagi mau nangkep mereka dan dijadiin makanan buat Allysa dan Fino" ungkap Alana membuat Alfa mengurut dada.

"Sejak kapan kucing kamu makanannya anak katak seperti ini?"

Turun lagi ke selokan, Alfa hanya membiarkan. Kali ini dia sudah angkat tangan Alana akan semakin menjadi jika dilarang "ini apa?" Alana memegang buntut kecebong yang sepertinya sudah inalilah, terbukti dengan tenaganya yang tidak ada lagi untuk melawan karena ulah Alana yang meremas tubuhnya hingga penyek. Penyiksaan hewan, laporin yuk! Tapi kemana?

"Itu anak katak, berudu atau disebut juga kecebong sayang" papar Alfa yang dibalas Alana dengan gelengan.

"Katak itu kakinya ada empat, ini namanya ikan, ikan, ikan dan ikan. Titik gak pake koma, kalau gak setuju ke antariksa aja lo" menghela nafas, Alfa mengangkat Alana dan membawanya ke rumah. Mengurus Alana memang lebih berat daripada harus menghadiri berkali-kali rapat di kantor.

"Mandi Alan!" Alfa menurunkan tubuh Alana di bathtub yang sudah Alfa isi dengan air menambahkan banyak sabun dan parfum, berharap bau selokan menghilang dari tubuh Alana.

"Bapak ihhh.. liatnya kemana? Keramasnya hampir kena mata saya loh"

"Ah maaf" Alfa juga manusia dan laki-laki normal, memandikan Alana sama dengan uji nyali menahan nafsu. Alfa berkali kali dibuat menelan ludah karena Alana yang memainkan bebek-bebek mainan serta ikan mainan dengan tawa yang berbalik menjadi sesuatu yang ah, bisa membuat Alfa tidak konsentrasi.

"Sudah cukup nanti kamu kedinginan" Alfa keluar dari ruangan, membiarkan Alana membilas tubuhnya.

Sembari menunggu, Alfa kembali mengingat perkataan Evan padanya beberapa hari yang lalu.

"Alana adalah aset berharga yang keluarga Aditama miliki, sejak dahulu nama kami tidak ditambahkan marga Aditama karena papa takut suatu saat semua orang mengetahui kalau sebenarnya Alana adalah seseorang yang bisa membuat mereka kaya dengan cepat"

"Maksudnya?"

"Jika ada yang tahu kalau Alana adalah anak dari seorang Galih Dwi Aditama dan Friska Aditama maka mereka akan menculik Alana dan meminta tebusan yang sangat besar"

Pelan-pelan Alfa mengerti, kenapa Evan tidak membiarkan Alana keluar rumah sendirian dan kenapa Evan tidak membiarkan Alana bebas.

"Sejak saya pergi, keamanan rumah itu tidak pernah longgar. Dari jarak 100 meter dari rumah kami selalu ada penjaga yang sudah bekerja bertahun-tahun dan untuk menyamarkan mereka memakai baju biasa. Cleaning service yang saya pekerjakan juga mempunyai kemampuan bela diri tinggi. Jaga-jaga kalau ada seseorang yang ingin menyakiti Alana"

Mengingat tentang perkataan Evan, Alfa jadi lebih bangga dengan kakak iparnya itu. Dia lebih mementingkan Alana dari siapapun, bahkan menjaga Alana dengan banyak orang suruhan seperti tadi.

"Alan!" Alfa menjauh saat Alana sudah mendekatinya dan membuat pola-pola abstrak dengan jari di dada Alfa.

Ingat Al, puasa.. Alana tidak boleh kelelahan. Alfa mensugesti diri sendiri. Takut kelepasan bisa berabe.

"Pak!"

"Iya?"

"Pak mau mie goreng tapi jangan direbus"

Astaghfirullah!
















Nyempetin update dulu. Jurusan akuntansi perlu ngitung duit halusinasi lagi nih. Ya udah jangan lupa taburin bintang dan komentar my loff 🥀

Alana - My mahasiswi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang