🥀 empat puluh lima 🥀

16.8K 1.3K 16
                                    

enggak milih yang sempurna. Cukup dia yang gak malu memiliki aku aja, usah ngerasa bersyukur banget kok.

_Alana Kanara_

Membersihkan rumah, tak lupa Alana menyetel lagu lewat airpods dan mulai melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga.

"Pak Alfa itu adalah definisi manusia yang gak punya hati plus gak tau diri, tapi gak pa-pa gak tau diri gitu. Gue tetap sayang" cibir Alana, lihat saja tumpukan baju yang dia tinggalkan. Ini baru satu hari dan Alfa memakai tiga stelan baju. Mengangkat keranjang, Alana mencuci baju dengan air shower, sekalian main air.

Soalnya yang nulis kalau nyuci juga gitu, tiap hari dan yang ngasih cucian gak tau diri.

Selesai dengan cucian baju, Alana mengangkat jemuran dan meletakkan di halaman belakang rumah, Alfa ternyata membeli rumah ini dengan pohon. Jadi, di sini cukup rindang walaupun masih ada yang terkena cahaya matahari dan dapat digunakan untuk menjemur pakaian.

"Lagunya gak enak" Alana mengganti lagu di airpods, lalu kembali lagi ke dapur membersihkan dapur hingga kinclong dan tertata rapi.

Menyapu dan mengepel lantai juga sudah Alana kerjakan. Sekarang, dia perlu mandi dan bersih-bersih, seperti kata Alfa sosialisasi.

Membawa makanan yang sudah Alana panaskan, perempuan itu mengenakan Hoodie selutut, style baju Alana tidak berubah masih seperti dulu.

Prinsip hidup Alana 'status boleh baru, tapi fashion gak perlu baru, mubazir pakaian' kira-kira seperti itu.

Baru saja Alana ingin mengetuk pintu, seorang wanita dengan rambut yang disanggul sudah datang dengan senyuman.

"Eh ada masyarakat baru, saya bu Erma" Alana memeluk ibu itu dan tersenyum.

"Saya Alana, panggil Al aja" Alana menyerahkan piring berisi makanan yang tadi dia masak terlalu banyak pada ibu yang memakai daster di samping kanan rumah.

"Makasih jadi enak" cengir bu Erma membuat Alana tersenyum "Al kamu masih kuliah ya?"

"Enggak kok bu, saya sudah lulus . Ya sudah saya ke tetangga sebelah kiri dulu ya" ibu itu mengangguk.

"Makasih ya Al!"

"Sama-sama bu"

"Assalamualaikum!" Tak ada sahutan dari orang dalam, Alana mengintip dari balik pagar dan mengerutkan kening, ada manusianya kok. Tuh lagi duduk di teras, tuli kayaknya.

"Assalamualaikum! Bu saya mau.."

"Berisik kenapa sih?" Menggelengkan kepala pelan, Alana dibuat mengelus dada. Ada ya manusia yang ngegas seperti ini gara-gara dikasih salam. Jelmaan iblis jadi tidak bisa diberikan ucapan-ucapan yang membuat iblis jadi hareudang. Astagfirullah.

"Ini saya mau ngasih makanan"

"Mau apa lo ngasih makanan?" Tanya perempuan itu sewot.

"Mau sosialisasi aja, soalnya saya masyarakat baru di sini. Nama kamu siapa? Maaf ya tadi aku panggil ibu" Alana nyengir.

Perempuan itu mengambil paksa piring di tangan Alana "nama gue Hana, gak usah sok kenal. Iya gue maafin sono lo!"

Pagar ditutup kasar, hembusan angin karena gerakan pagar yang ditutup cepat bahkan membuat rambut Alana bergerak.

"Astagfirullah" Alana sudah ingin pergi dari sana tapi suara si tetangga iblis membuat telinga Alana panas dan dia ingin mencakar serta mencincang perempuan itu.

"Ngapain sih ngasih makanan kayak gini. Sok asik, terus makanan ini kayaknya gak sehat deh, nanti pasti harus anterin mangkoknya. Dih, males banget"

"Eh ada masyarakat baru, nama kamu siapa cantik?"

Gak jadi, gara-gara ada ibu-ibu yang pakai jilbab di depan Alana. Perempuan itu memilih tidak jadi mencincang Hana, takut diruqyah.

"Saya Alana bu, bisa dipanggil Al, nama ibu?" Alana mengulurkan tangan dengan senyuman manis, mencoba menyamarkan rasa kesal karena si tetangga iblis, Hanajis.

"Saya bu RT di sini, panggil saya Tira" Alana mengangguk.

"Nanti kita ngobrol lagi ya bu Tira, saya ada kerjaan" Alana melambaikan tangan, lalu kembali ke rumahnya. Mandi untuk yang kedua kali, Alana takut kalau dia tidak mandi benar-benar akan membunuh Hana, hanya gara-gara kesal.

°°°

Pulang dari kantor, Alfa dibuat tersenyum saat melihat Alana tertidur di karpet bulu ruang keluarga dengan film Bima-india yang masih menayangkan tentang Bima yang berkelahi dengan monster apalah itu. Alfa tidak peduli.

Memilih untuk tidak membangunkan Alana, Alfa menuju kamar dan melepaskan baju lalu masuk ke kamar mandi. Tunggu, baju Alfa yang di keranjang hilang, apa Alana bakar? Astagfirullah negatif thinking lagi.

Membuka lemari pakaian, Alfa dibuat bersyukur karena bajunya yang puluhan juta itu masih selamat. Sepertinya Alana mencuci baju ini, sendirian. Padahal Alfa sudah berniat untuk membawa Alana ke laundry sekalian langganan nanti. Sekali lagi, Alfa dibuat bersyukur karena Alana itu istri yang Masya Allah.

"Alana hei.. nanti kepala kamu sakit" Alfa membangunkan Alana, perempuan itu mengerang dan mengucek mata sebentar.

"Loh udah pulang? Kapan?"

"Tadi" Alana menyentuh rambut Alfa yang basah.

"Kok minyak rambut dari saya dicuci sih? Bapak gak suka?" Alana bersidekap dada, Alfa terkekeh dan memeluk sang istri.

"Bukan seperti itu sayang, saya mencucinya biar kamu besok minyakin rambut saya lagi" Alana mencium pipi Alfa.

"Aaaa.. jadi sayang" Alfa membalas dengan mencium bibir Alana.

"Saya lebih sayang"

"Alan"

"Iya?"

"Kenapa kamu menyuci sendiri?"

"Udah biasa, saya juga bersihin lantai dan semuanya. Ntar kita tidur di balkon yuk, saya juga bersihin itu" Alfa tersenyum.

"Nanti kalau di balkon kelihatan tetangga malu sayang"

"Astagfirullah!" Mereka berdua terbahak.













Gue seneng banget, Alana-My mahasiswi udah naik pembacanya, gara-gara no 1 di tagar acak, dari yang semalem pembacanya masih 1k sekarang nambah jadi 15k aaaa... Jadi sayang sama kalian 🥀 tapi votenya gak seimbang hiksd, gak papa aku tetap sayang. Jangan lupa taburin bintang dan komentar my lof 🥀

Alana - My mahasiswi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang