Jisoo menangis keras dengan tangan yang tak berhenti menjambak rambutnya sendiri. Hatinya sakit, mendapati bagaimana Lisa lagi-lagi berkorban untuknya.
Jisoo merasa buruk, sangat buruk.
Bagaimana bisa, Lisa selalu menjadi pelindungnya setiap saat.
Dahulu, Lisa juga yang menyelamatkannya dari orang jahat saat masih kecil.Kemarin, di celakai di Eskalator.
Dan sekarang, mendapat tembakan yang seharusnya terkena padanya."Wae Lisa-ya, kenapa kau harus..." Jisoo memukul dadanya, berharap sesak yang menyakitkan ini segera pergi.
Jika semua orang berada di dekat Lisa, Jisoo tidak. Jisoo menyendiri di tangga darurat sendirian dengan hati yang kacau.
"Padahal kau tadi, masih memberiku senyuman Lisa. Tapi sekarang..." Jisoo terus menangis, dan mengacak-acak kepalanya. Bayang-bayang adiknya yang sekarat membuat ia sangat takut.
Terlebih sebelumnya, Lisa mengatakan jika Jisoo harus pergi setelah hari ulangtahunnya. Namun, kenapa sekarang harus sesakit ini.
"Argghh! Micheonna!" Jisoo memukul kepalanya berkali-kali dengan tangis yang semakin keras. Dan seseorang yang memperhatikannya dari jauh, hanya diam. Jennie ternyata ada disana, dengan wajah yang sama berantakannya. Gadis itu tak berani mendekati Kakaknya, dan memilih memperhatikan dari jauh.
"Eonnie..." Tubuh Jennie juga meluruh, ia benar-benar ketakutan sekarang.
Sudah cukup lama Lisa di ruang operasi, namun selama itu pula ia tak mendapati Jisoo disana. Hingga ia berhasil menemukan kakaknya itu menangis sendirian di tangga darurat.Jennie terus menangis, hingga tak menyadari jika Jisoo sudah mulai tenang. Dan kini, Sulung Lee itu berdiri di hadapan Jennie.
Tak bicara, namun Jisoo memilih memeluk sang adik. Jennie awalnya terkejut, namun saat sadar jika itu kakaknya ia balas memeluknya erat.
"Eonnie.. uri Lisa.. hiks.." Jisoo mengangguk pelan namun tetap membelai rambut Jennie lembut.
Dan di saat seperti ini, Jisoo justru teringat dengan ucapan Lisa beberapa hari lalu. Saat dimana mereka tidur bersama setelah Lisa kembali ke Mansion.
Flashback On.
Jisoo terusik dan bangun saat merasa jika Lisa bergerak tak nyaman dalam tidurnya.
"Tidurlah, kau harus banyak beristirahat. Lisa-ya," Lisa hanya bergumam pelan, dan semakin merapatkan tubuhnya pada sang Kakak.
"Ada apa? Haus hmm?,"
"Aniya." Lisa membuka matanya sedikit, kemudian tersenyum menatap kakaknya yang matanya hanya terbuka sedikit.
"Gomawo Eonnie, tiba-tiba saja aku ingin mengatakan itu."
Meski aneh, Jisoo mengangguk saja. Entah pukul berapa sekarang, namun matanya benar-benar susah untuk terbuka.
"Aku bahagia bersama kalian, rasanya menyenangkan." Lisa berucap sembari terkekeh pelan, dan tanpa mereka ketahui Jennie dan Chaeyoung mulai membuka matanya.
"Bolehkah aku berdoa, jika suatu hari nanti kalian kembali menjadi kakak-kakakku yang menyayangiku?," Jisoo berdehem dan mengatakan iya. Kini sedikit demi sedikit ia mulai terjaga.
"Sekarang kau sudah menjadi adik kami, jadi jangan berkata seperti kau tidak punya Kakak. Lisa-ya." Gerutuan Jisoo membuat gadis itu tertawa pelan.
Hingga Lisa tersentak saat Chaeyoung memeluknya dari belakang. Dan merinding saat kakaknya itu mengecupi belakang kepalanya.
"Kenapa kau bangun?," suara serak Chaeyoung menguar, Jisoo sampai menoleh menatap gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Sky. ✔ [SEGERA TERBIT]
General Fiction[BEBERAPA PART AKAN DI HAPUS, DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] Follow Author sebelum membaca^^ (Info tentang penerbitan bisa dm langsung^^) ________________________________ Hidup seperti sebuah pertandingan, di awali Start dan akan berakhir Finish. Hasi...