"Kami pulang!"Teriakan tiga gadis menggema,
di pimpin Jisoo lalu di ikuti Jennie dan Chaeyoung di belakangnya.
Mereka berjalan dengan langkah lemas, wajah lelah juga kusut terpampang nyata. Seperti mereka baru saja melalui hari yang cukup berat.Yoona yang menyambut kepulangan mereka sore ini, tidak seperti biasanya.
"Ahjumma, Dimana Lisa?,"
Chaeyoung bertanya, cukup penasaran karena adiknya itu tidak nampak.
Yoona tersenyum, tidak langsung menjawab pertanyaan Chaeyoung. namun malah memberitahukan keberadaan Minyoung, yang saat ini ada di Ruang tamu sendirian.
Tanpa bertanya lagi, ketiganya memilih melanjutkan langkah untuk menuju Ibu mereka. Namun perasaan Jisoo sedikit tak enak, tiba-tiba saja merasa ada hal yang tidak beres.
Chaeyoung berlari kecil, mendahului kedua kakaknya menuju Sang Ibu.
Jisoo dan Jennie menggeleng kecil, sikap kekanakan Chaeyoung tak pernah hilang."Eomma, kami pulang!"
Minyoung tersentak pelan saat Chaeyoung memeluknya dari belakang, tak berselang lama Jisoo dan Jennie tiba kemudian segera mengambil duduk di samping ibunya.
"Bagaimana ujian kalian? Lancar?"
"Eoh, ini hari terakhir dan semoga tak mengecewakan."
Ujaran Jisoo membuat Minyoung mengusap kepala putri sulungnya.
"Eomma yakin, kau pasti melakukan yang terbaik."
Jennie dan Chaeyoung mengangguk setuju, menurut mereka kakaknya itu pasti akan mendapat nilai yang sempurna. Kakak mereka itu, selalu bersungguh-sungguh.
"Tapi, dimana Lisa? Aku tak melihatnya sejak tadi."
Ucapan Jennie selanjutnya, membuat senyuman pada bibir Minyoung perlahan memudar.
Jisoo dan Chaeyoung melirik segala arah, mereka tersadar jika tak ada tanda-tanda Lisa di sekitarnya."Eomma?"
Minyoung menatap putri ketiganya yang kini berlutut di hadapannya.
Jisoo dan Jennie sedikit bingung, kenapa Chaeyoung melakukan itu."Lisa, dia ada di kamarnya 'kan?"
Jennie langsung berdiri, perasaannya mendadak tidak enak. Melihat ibunya yang hanya diam, ia yakin telah terjadi sesuatu sebelumnya.
Jisoo membeku di tempatnya, membuat Minyoung menghembuskan nafas lirih. Chaeyoung tiba-tiba saja merasa sesak, matanya berkaca-kaca.
"Eomma, jawab aku..."
Minyoung bingung harus mengatakan apa, ia hanya bisa menunduk dan menggenggam tangan putrinya erat.
Melihat ibunya seperti itu, Jennie mendesis kesal. Tas yang semula bergantung pada bahunya, ia hempas begitu saja. Lalu setelahnya berlari untuk menuju lantai atas, ia perlu memastikan sesuatu.
Kaki pendeknya terus berlari, nafasnya terengah saat menaiki tangga yang menuju kamar mereka.
Berhenti sebentar untuk mengambil nafas, Jennie kembali melanjutkan larinya yang tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Sky. ✔ [SEGERA TERBIT]
General Fiction[BEBERAPA PART AKAN DI HAPUS, DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] Follow Author sebelum membaca^^ (Info tentang penerbitan bisa dm langsung^^) ________________________________ Hidup seperti sebuah pertandingan, di awali Start dan akan berakhir Finish. Hasi...