Hari semakin gelap, Xue Mingyan telah menghabiskan seluruh uangnya. Sedikit menyesal tapi apa boleh buat, sudah terjadi ya sudahlah. Xue Mingyan sedikit kewalahan membawa banyak belanjaannya.
Tanpa sengaja dia menginjak pakaiannya sendiri yang membuat dirinya tersandung ke depan. Tetapi seseorang menahannya dan membantu dirinya berdiri kembali.
Xue Mingyan sangat penasaran siapa orang yang telah membantu dirinya ini. Dia memiringkan wajahnya untuk melihat orang yang telah membantu dirinya.
Alangkah terkejut dirinya ketika mengetahui orang yang telah membantunya tadi.
"Kaliann!"
"Kami bersedia menjadi pelayanmu nona," ucap Lala dan Lusi bersamaan sambil menunduk hormat di depan Xue Mingyan.
Xue Mingyan menatap tak percaya, "Tunggu sebentar! bukannya aku tadi sudah bilang, aku tidak akan memperkerjakan kalian berdua!?"
"Kami melakukannya dengan senang hati," balas Lusi.
Xue Mingyan menggelengkan kepalanya menolak ucapannya Lusi, "Tidak tidak tidak, aku tidak memiliki uang lagi untuk menggaji kalian. Aku tidak ingin menyimpan jasa pada orang lain!" bantahnya bersikeras.
Lala dan Lusi saling menatap, kemudian mereka menatap Xue Mingyan dan tersenyum kepadanya.
"Dengan memberi makan dan tempat tinggal untuk kami, itu sudah lebih dari cukup. Da ... dan kami juga bisa bela diri," ujar Lusi sedikit ragu.
Xue Mingyan terdiam, memang untuk saat ini dia sangat butuh pelayan untuknya. Apalagi jika yang diucapkan Lusi benar bahwa mereka bisa bela diri, itu sangat menguntungkan dirinya.
"Baiklah baiklah, terserah kalian saja," balas Xue Mingyan pasrah.
Dia mengajak Lala dan Lusi pergi ke Pavilliunnya, karena hari sudah mulai gelap.
Lala dan Lusi terkejut ketika Xue Mingyan membawanya ke kediaman Perdana Mentri. Mereka tidak menyangka bahwa tuannya ini adalah anak dari sang Perdana Mentri.
"Kalian tidak perlu terkejut, aku adalah anak dari Perdana Mentri," jelas Xue Mingyan saat melihat Lala dan Lusi yang terkejut.
Mereka terus saja berjalan ke arah timur dan sampailah di paviliun Awan milik Xue Mingyan. Lala dan Lusi dibuat terkejut kembali karena melihat Pavilliun milik tuannya itu sangat menyedihkan.
Di Pavilliun itu ada seorang wanita yang tak lain adalah kepala pelayan yang sedang menunggu Xue Mingyan. Saat melihat Xue Mingyan datang, wanita itu menghampirinya dengan wajah kesal.
"Darimana saja kau!? Aku sudah menunggumu lama. Jika bukan karena perintah tuan aku tidak ingin kemari!" hardiknya.
'Wanita tua ini! berani sekali membentakku! huuh jika bukan karena tanganku yang penuh dengan barang seperti ini, mungkin aku sudah menghilangkan nada suaramu yang membentakku barusan!' batin Xue Mingyan kesal.
"Memangnya ada apa?" tanya Xue Mingyan mencoba untuk membuat dirinya tidak emosi.
"Besok adalah hari penting bagi Perdana Mentri, karena besok tamu terhormat kita akan mengunjungi tempat ini. Kau! jangan mempermalukan kediaman Perdana Mentri!" ancamnya sinis sambil berkacak pinggang.
Xue Mingyan tersenyum sinis mendengarnya, bukankah seharusnya dia itu ikut menyambut kedatangan tamu penting itu, tetapi malah bersembunyi. Benar benar miris sekali. Xue Mingyan mengangguk mengerti lalu mengatakan sesuatu.
"Baiklah, aku tidak akan pergi kemana mana besok, sudah cukup aku membebani ayahku dengan kehadiranku," balas Xue Mingyan sedih.
"Tahu diri juga, ya sudah aku tidak akan berlama lama di sini. Tapi siapa di belakangmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess's Revenge Plan [TAMAT]
Fantasía[Fantasy - Chinnese ] [Romance - Komedi ] *** Aku tidak tahu mengapa bisa ada di sini? Saat bangun, aku sudah memasuki tubuh orang lain dan melintasi waktu ke masa lalu. Sang pemilik tubuh asli ku adalah seseorang yang lemah, dia sering ditindas, di...