Anggara Louis yang merupakan teman terdekat Laskar. Sekarang dia sedang menuju rumah Laskar. Dari sore dia sudah menelpon sang teman tetapi tidak diangkat, dia pun sudah mengirimi pesan tapi tak kunjung ada balasan.
Akhirnya, dia memutuskan untuk datang ke rumah Laskar, mengecek keadaan sang teman. Apakah dia baik-baik saja? Karena jujur, setelah kejadian tadi di sekolah, dia merasakan Laskar sangat marah dan kacau. Mungkin, dia sedang membutuhkan teman cerita.
Motor Gara kini sudah masuk ke pekarangan rumah besar milik orang tua Laskar. Dia pun langsung turun dan mengetuk pintu yang menjulang tinggi. Tidak lama kemudian, munculah asisten rumah tangga yang sangat Gara kenal.
"Bibi, Laskarnya ada?" tanya Gara.
"Aduh den Laskarnya belum pulang dari tadi."
"Ke mana 'ya, bi?"
"Gak tahu juga den," ucap Bi Uti, "Den Gara mau masuk dulu, tunggu den Laskarnya di dalam?"
Gara menggeleng, "Gak usah bi, saya mau cari Laskar aja."
"Oh yaudah, hati-hati, den." Bi Uti pun langsung masuk kembali.
Gara menaiki motornya. Sebelum dia menjalankan motornya, dia melihat jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam.
Gara sempat berpikir sejenak hingga akhirnya dia tahu keberadaan Laskar. Dia pun langsung menjalankan motornya menuju tempat yang dia yakini Laskar ada di sana.
Suara ricuh terdengar di telinga Gara begitu dia sampai di tempat yang dia tuju. Benar dugaannya, di lintasan sana ada Laskar yang sedang bersiap-siap untuk balapan.
Gara hendak akan mencegah Laskar balapan tetapi terlambat, wanita yang berada di tengah jalan itu sudah mengacungkan bendera tanda dimulainya balapan. Laskar dan lawannya sudah menjalankan motornya di atas rata-rata.
"Dasar bucin, masalah gini aja langsung buat dia hancur," gumam Gara sambil menonton pertandingan temannya, mungkin dia akan bicara dengan Laskar nanti, kalau Laskar sudah selesai balapan.
Gara terkekeh kecil mengingat masalah Laskar dan Rain. Sebenarnya dia tahu, Laskar suka sama Rain, tapi Rain malah memaksa Laskar untuk menerima Langi. Rumit, ketika perasaan harus dipaksakan.
"Seandainya Rain mempunyai perasaan yang sama kayak lo, Las. Pasti semuanya akan mudah. Tapi sayangnya yang memiliki perasaan itu malah Langi. Orang yang nggak lo sukai." Gara masih terus menatap Laskar yang mengendarai motornya dengan nafsu, melampiaskan semua kekesalannya.
Setengah jam berlalu, akhirnya salah satu dari kedua pembalap itu sudah mencapai garis finish, Gara sudah mengenali orang yang berhasil memenangkan pertandingan ini, dia temannya, Laskar.
Langsung saja Gara menghampiri Laskar dan dia menoyor kepala temannya itu.
"Katanya lo mau berhenti di jalanan?!" semprot Gara, Laskar terkejut akan kehadiran Gara.
"Lo ngapain di sini?" Laskar pun membawa Gara ke tempat yang nyaman untuk bicara.
Setelah mereka duduk dengan nyaman, mereka melanjutkan obrolannya.
"Kenapa lo ke sini?" Laskar mengulang pertanyaannya.
"Kenapa lo balik lagi ke jalanan?" Gara balik tanya.
"Gue nanya malah balik nanya." Laskar memalingkan wajahnya kesal.
"Jawaban atas pertanyaan gue itu jawaban atas pertanyaan lo."
Laskar menghembuskan nafasnya kasar seolah mengerti maksud Gara.
"Gue gak ngerti sama diri gue sendiri." Laskar mulai bicara. Hal ini menarik perhatian Gara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Teen FictionPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...