Happy reading ^^
_______________________Setiap kandidat calon ketua dan wakil ketua Osis sudah berkumpul di ruangan Osis sekarang. Langit menyebutkan nama-nama orang yang tercatat di dalam buku yang dibawanya. Hanya satu nama yang sedari tadi tidak hadir di sini.
"Laskar kemana, ya? Ada yang tahu?" tanya Langit pada setiap orang yang hadir.
Tidak ada jawaban. Membuat beberapa anak Osis yang lainnya geram.
"Dia anak kelas sepuluh, kan? Belum juga jadi ketua Osis kok udah bolos kayak gini?" ketus salah satu anak Osis dari kelas XI.
"Lang, mending kita di-diskualifikasi aja dia. Gak tahu kedisiplinan banget sih. Masih ada banyak kok anak Osis lain yang mau jadi ketua Osis!" tambah yang lainnya.
"Nanti biar gue coba hubungin dia dulu deh. Men-diskualifikasi kandidat calon ketua Osis gak segampang itu, apalagi kandidat yang sudah disetujui sama pembina Osis dan semua guru!" balas Langit, mampu membuat diam pengurus Osis yang sedari tadi mendumel tidak jelas.
"Pasangan kandidat Laskar siapa?" tanya Langit beralih menatap para kandidat.
Citra mengangkat tangannya. "Saya, kak. Tapi saya juga tidak tahu kenapa Laskar tidak ikut meeting Osis sekarang."
"Nanti coba kamu hubungin dia, ya."
"Baik, kak!"
"Oke, kita langsung aja ke pembahasan kita kali ini, ya. Tentang persiapan kampanye besok, apakah semua kandidat sudah menyiapkan semuanya?"
🌧️🌧️🌧️
"Rain ...." panggil Laskar, membuat Rain menoleh.
Rain membalasnya dengan senyuman tipis. Laskar langsung menghampiri Rain, lalu duduk di sampingnya.
"Kenapa gak istirahat?" tanya Laskar.
Rain memejamkan matanya dan menggeleng pelan. Yang berarti kalau dia tidak bisa istirahat.
"Gue boleh cerita gak, Ra?"
Rain mengedipkan matanya dan tersenyum tipis.
"Keluarga gue ancur, Ra. Maafin gue, kalau gue cerita yang gak enak kayak gini ke lo. Padahal gue tahu kalau lo lagi sakit. Tapi beneran, gue gak tahu harus cerita sama siapa lagi."
Rain menatap terkejut Laskar. Ingin sekali dia bertanya maksud dari perkataan Laskar. Apalah daya, sekarang dia hanya bisa menunggu Laskar melanjutkan kembali ucapannya.
"Gue gak tahu masalah apa yang terjadi di antara Ayah dan Bunda gue. Tapi kemarin, mereka berantem sangat hebat. Dan Bunda gue milih pergi dari rumah."
Laskar meneteskan air matanya, membuat Rain sakit melihatnya. Mulutnya berusaha hendak berkata.
"Ja-jangan, na-nangis, Laskar!" ucap Rain terbata.
Mendengar suara Rain kembali, Laskar langsung menghapus air matanya. Matanya berbinar menatap Rain dengan senang.
"Ra, lo bisa bicara lagi, Ra?!" pekiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Roman pour AdolescentsPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...