Happy reading ^.^
______________________Laskar berjalan sangat cepat hendak menuju kumpulan para anggota osis yang berada di dekat panggung. Sepanjang kakinya melangkah, tangannya terus mengepal dengan gigi yang bergemelutuk, menandakan kalau saat ini dia sangat marah.
Ketika sampai di tengah-tengah para anggota osis seniornya, Laskar bertanya dengan sangat serius, "Ada Langit?"
"Eh, yang sopan dong. Langit itu Kakak kelas lo! Jangan mentang-mentang kalian temen, terus lo bebas manggil dia dengan sebutan nama saja. Gak, lo ulang pertanyaan lo pakai sebutan 'Kak'. Ngerti?!" Seorang cewek yang merupakan sekretaris osis berkata tidak suka.
"Tahu tuh, lo ini calon ketua osis bukan sih? Sikap sama sifat lo gak mencerminkan seorang ketua osis banget!" timpal temannya.
Laskar memutar bola matanya, malas. Dia sedang tidak mood berdebat di tengah-tengah kerumunan para siswa. Matanya menatap tajam dua kakak kelas yang menegurnya tadi.
"Ada Kak Langit?" Laskar mengulang pertanyaannya, kali ini dia menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Gak ada. Ngapain lo nanyain dia?" tanya seorang cowok yang merupakan anggota osis kelas XI juga.
"Ada urusan. Eum ... Soal kampanye," ucap Laskar berbohong. "Tolong panggilin dia dong. Penting banget ini!"
"Seriusan? Kalau penting lo boleh bicara sama kita," ujar seorang cewek yang Laskar ketahui adalah wakil ketua osis yang sebentar lagi turun jabatannya.
"Gak bisa Kak, sorry. Gue ada perlunya sama La-, eh Kak Langit doang!" desak Laskar, mencoba membuat kakak kelasnya ini mengerti.
Cewek tadi melirik jam tangannya sekejap. Lalu beralih menatap temannya. "Dito, panggilin Langit deh. Kayaknya dia ada urusan penting banget sama Langit. Bentar lagi acara kampanyenya dimulai."
Cowok yang dipanggil Dito pun mengambil sebuah microphone, lalu berucap, "Panggilan kepada Langit, ditunggu di sumber suara!"
"Udah? Lo tunggu aja dulu Langit di sini. Bentar lagi dia pasti datang," jelas wakil ketua osis itu.
Laskar hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian dia mendudukkan dirinya di salah satu bangku yang kosong.
Lima menit sudah berlalu, sebuah tapak kakinya yang berlarian datang menghampiri mereka.
"Ada apa?" tanya seseorang yang baru datang itu, dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Calon ketos pilihan lo, nyariin lo tuh!" Sang wakil ketua osis menunjuk Laskar dengan dagunya.
Laskar bangkit dari duduk. "Gue mau ngomong, tapi bukan di sini!" Setelah itu, dia melangkahkan kakinya membuat Langit heran melihat tingkahnya.
"Eh, Lang cepetan kejar dia. Bentar lagi acaranya mau mulai!" geram Dito.
Langit mengangguk. Kakinya kembali melangkah mengejar Laskar yang sudah jauh di depan sana.
Langkah Laskar berhenti di parkiran depan sekolahnya. Membuat Langit pun menghentikan langkahnya. Saat ini posisi badan mereka sudah saling berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Novela JuvenilPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...