-18- MENJAUH

99 6 0
                                    

Happy reading ❤️
________________________________________

Ketika jam istirahat, Rain mendatangi taman belakang sekolah. Dia memang berniat untuk menemui seseorang di sana, walaupun dia tidak memiliki janji untuk bertemu di sana dengan seseorang itu. Namun, dia yakin orang yang dia ingin temui pasti ada di taman belakang sekolah.

Dan yaps, benar saja. Orang yang dicari pun sedang duduk di sebuah bangku taman yang merupakan tempat favoritnya duduk. Dari kejauhan, Rain sudah mengenalinya. Dia sedang menundukkan kepalanya, seperti sedang banyak masalah. Tanpa pikir panjang, Rain langsung menghampirinya.

"Duar!!!" ucap Rain cukup mengagetkan seseorang yang sedang duduk di depannya.

Seseorang itu pun menoleh dan berdecak kesal. Karena dia sudah berhasil dikagetkan oleh adik kelasnya. "Apa sih, Ra. Ganggu aja!"

Rain ikut duduk di sampingnya. "Yeeee lagian suruh siapa malah ngelamun di sini. Kesambet tahu rasa lo, kak!"

Cowok itu malah memalingkan wajahnya dari Rain. "Lebih baik kek gitu sampai gue gak sadar lagi juga gue rela. Dari pada gue gak guna banget di sini dan malah ngebuat orang yang gue sayang menderita."

Rain menatap sendu sang lawan bicara yang seperti sedang membutuhkan teman bicara. "Lo kenapa kak Lang?"

Langit tidak menjawab. Bibirnya kelu sekedar untuk mengatakan 'tidak apa-apa' dia hanya tidak ingin membuat Rain khawatir akan kondisinya. Namun terlambat, Rain sudah khawatir padanya bahkan dari hari kemarin.

"Kalau lo lagi ada masalah, lo bisa cerita ke gue. Kita 'kan teman!" ucap Rain, "Kak Lang, kalau gue lagi ada masalah, lo selalu beri semangat dan solusi buat gue. Sekarang gue ingin berbuat sama kayak lo."

Langit memaksakan lehernya untuk menatap Rain. Tapi alih-alih untuk bercerita tentang masalah dan hal yang dipikirkannya, dia malah berucap, "Gue gak papa, Ra!"

Rain terkekeh. "Ternyata cowok sama cewek sama aja."

"Maksud lo?"

"Yaa gitu, katanya cewek adalah manusia yang sering berbohong pada dunia. Karena dia sering nyebut 'gak papa' kalau lagi ada masalah. Tapi ternyata, cowok juga sama aja. Contohnya lo!"

Langit hanya mendengarkan, dia tidak berniat untuk menjawab perkataan Rain. Dan membuat Rain kesal setengah mati. Tapi tunggu, kenapa Rain kesal? Kenapa dia harus kesal? Rain pun tidak tahu kenapa.

"Yaudah deh terserah lo kalau gak mau cerita, gue gak maksa. Tapi lo udah makan belum?" putus Rain.

Langit menggeleng pelan.

Rain tersenyum melihat jawaban Langit, lalu dia membuka tempat makan yang berada di pangkuannya. "Gue bawa roti nih. Roti kebahagiaan."

Langit menoleh. Namun sedetik kemudian dia memalingkan kembali wajahnya.

Rain mengambil satu potong roti, lalu memasukannya ke dalam mulutnya. "Eum ... Buset, enak banget!"

Lalu Rain menoleh Langit yang masih tidak ada minat untuk ikut makan. "Kak Lang, mau gak?" Rain menyodorkan satu potong roti lainnya pada Langit.

Langit akhirnya luluh, lalu dia menerima potongan roti itu dan memakannya. "Thanks, rotinya enak."

Rain tersenyum bangga. "Iya dong!"

Langit sudah menyelesaikan suapannya. Lalu dia memerhatikan adik kelasnya yang sedang duduk di sampingnya. Cantik, baik, ramah, ceria dan tulus. Definisi Rain bagi Langit dan itu pun yang membuat Langit ingin terus bersama Rain. Karena dia merasa sedang bersama sahabat pertamanya dulu.

Rain Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang