Happy reading ^^
________________________Hujan di luar rumah masih deras bahkan sangat deras. Rasa khawatir yang dirasakan Senja akan kabar suaminya yang sudah meninggalkan rumah sedari dua jam yang lalu terus menghantuinya. Berkali-kali Senja menelpon dan mengirimi pesan untuk Guntur. Namun nihil bahkan ponsel Guntur saja mati.
"Sudah ada kabar dari Guntur, apakah dia sudah sampai di sana?" tanya Nenek Kay yang sudah kesekian kalinya.
Senja menggelengkan kepalanya sembari terus menatap benda pipih yang berada di genggamannya. Mendengar pertanyaan ibunya menambah rasa gelisah dan khawatir yang sedari tadi terus menyelimutinya.
Pikirannya kembali mengingat wajah sang suami ketika hendak pergi. Teduh dan menenangkan, jika saja Guntur pulang bersama Rain, pasti kegelisahan ini akan hilang. Tetapi ini tidak, bahkan kabar akan mereka sedang dalam perjalan atau belum pun tidak ada.
Mendadak ponsel Rain pun tidak bisa dihubungi. Entah karena Rain sengaja mematikannya atau memang habis baterai. Sungguh, Senja hanya ingin mengetahui kabar mereka saja. Karena suara petir dan deru hujan yang turun terus membuatnya mengkhawatirkan dua anggota keluarganya yang sedang berada di luar rumah.
Dalam keheningan di ruang keluarga itu tiba-tiba ponselnya berbunyi dan akhirnya nomor kontak yang dia tunggu-tunggu kabarnya dari tadi itu menghubunginya.
"Hallo, mas, syukurlah kamu menelponku. Apa kamu sudah sampai ke tempat olimpiade Rain?" tanya Senja menggebu tanpa mendengarkan terlebih dahulu suara si penerima telepon.
"Maaf, Bu. Ini dengan kantor polisi, apakah benar ini kediaman dari bapak Guntur Gunawan?" Dapat terdengar suara tegas dari seorang polisi.
Deg!
Jantungnya seakan hendak copot, tangannya yang sedang memegang ponsel itu bergetar hebat. Kenapa polisi yang menghubunginya? Kemana suaminya? Banyak pertanyaan yang ingin dia sampaikan, namun dia harus telan mentah-mentah dan lalu mendengarkan terlebih dahulu penuturan dari polisi itu.
"I-iya, pak. Saya istrinya, dan dimana suami saya? Kenapa ponselnya bisa berada di bapak?"
Nenek Kay yang dapat mendengar dengan jelas anaknya yang sedang menerima telepon langsung mendelik tajam seolah meminta penjelasan apa yang terjadi.
"Iya, Bu. Sebelumnya saya minta maaf saya mengatakan kabar buruk bagi keluarga ibu. Bapak Guntur Gunawan mengalami kecelakaan cukup parah di jalan menuju ke daerah Puncak. Dan sekarang beliau berada di Rumah sakit sentosa. Untuk mengetahui keadaannya lebih lanjut, lebih baik ibu dan keluarga menemuinya di Rumah sakit. Berikut nomor ruangan dan alamatnya saya share lewat chat. Terima kasih."
Suara petir di sore itu terasa sangat menakutkan bagi Senja apalagi setelah mendengar kabar tentang suaminya. Apakah ini arti dari semua kegelisahan dan kekhawatiran yang dia rasakan sedari tadi?
Ponselnya terjatuh begitu saja di lantai. Nenek Kay sontak menghampiri anaknya, dan bertanya ada apa.
"Bu, ayo kita ke rumah sakit." Senja bergegas untuk mengambil kunci mobilnya. "Langi, cepat kesini!"
Langit turun dari tangga dengan berlarian. "Iya, ma. Ada apa?!"
Senja menitikkan air matanya membuat nenek Kay dan Langi heran. "Papa kamu mengalami kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit. Mama akan pergi ke sana, kamu tunggu rumah disini takut-takut kalau Rain pulang tidak ada siapa-siapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Teen FictionPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...