-24- PEMBUNUH

93 7 0
                                    

Happy reading^^
______________________

Jam dinding rumah menunjukkan pukul 10.23 WIB. Laskar saat ini tengah menunggu sang teman yang sedang bersiap-siap. Ruang tamu yang sudah beberapa kali dia masuki itu sudah tidak asing lagi baginya.

Rain keluar dari balik tembok pembatas antara rumah tamu dan ruang keluarga. "Ayo, Las!"

Laskar berdiri. "Langi tahu lo mau pergi?"

Rain mengangguk, lalu tersenyum menyeringai. "Kenapa lo tanya-tanya Langi? Suka lo sama dia? Hahahaha."

Laskar berdecih pelan. "Gak jelas. Ayo cepet!" Dia berjalan mendahului Rain keluar dari rumah temannya itu.

Di belakang Laskar, Rain terus menertawai temannya yang sedang salting itu, tapi entah kenapa tiba-tiba dadanya sesak?

Bangunan-bangunan kokoh berdiri di sepanjang jalan yang dilewati motor Laskar. Pepohonan pun nampak asri—walaupun tidak terlalu banyak di pinggir jalan. Inilah kota metropolitan, ibu kota negara tercinta. Meskipun macet adalah kegiatan rutinan di kota ini, tapi kebersihan dan kerapihan kota selalu diperhatikan. Membuat siapa pun betah berlama-lama di kota ini.

Motor Laskar berhenti di sebuah jalanan perempatan yang tidak terlalu ramai. Rain turun dari motor, lalu menghampiri sebuah papan yang menunjukan nama jalan tersebut.

Jln. Matahari

Begitulah Rain dapat membacanya, dia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru jalan. Lalu berbalik menghadap Laskar yang sedang tertunduk di atas motornya. Rain pun menghampiri sang teman.

Laskar menujuk ke tengah jalan. "Di sana kecelakaan itu terjadi, Ra. Bulan berjalan dari arah barat, hendak menyebrang. Tiba-tiba saja sebuah mobil melaju capat dari arah selatan."

Rain melihat jalan yang ditunjuk oleh Laskar. Dia ikut merasakan rasa sakit Laskar saat itu dan sekarang, apalagi ketika dia dapati mata Laskar meneteskan sebutir air bening dan jatuh ke pipinya.

Rain megusap pelan bahu sang teman. "Sabar, Las. Kita cari petunjuknya mulai dari mana?"

Di sekitar jalan tersebut berdiri banyak gedung dan toko-toko mewah. Laskar berharap di salah satu bangunan itu memiliki CCTV yang bisa dia lihat reka ulang kejadian yang menimpa sahabatnya.

Dan akhirnya, dia mendapati CCTV si sebuah toko roti yang sangat terkenal di kotanya, karena rasa enak dan empuk rotinya itu—bahkan Laskar juga sering memesan roti dari sana. Langsung saja Laksar menarik tangan Rain menuju toko roti tersebut.

Di depan meja kasir, Laskar menatap penuh harap pada seorang waiter toko roti. "Mbak, saya mau nanya."

Wanita yang bisa diperkirakan sekitar 20 tahun-an itu mengangguk sembari tersenyum. "Ada apa, dek?"

"Mbak, saya lihat di depan toko ini mempunyai CCTV?" Laskar mulai bertanya pada intinya.

Waiter yang mendapat tugas menjaga kasir itu pun mengangguk, meng-iyakan perkataan Laskar barusan.

"Apa saya boleh lihat rekaman CCTV-nya?" tanya Laskar harap-harap cemas.

"Maaf, dek. Itu bukan wewenang saya. Kalau mau, bisa minta izin pada pemilik toko ini saja."

Rain Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang