Happy reading ^^
___________________________Halaman rumah yang biasanya sepi, gelap nan sunyi, kini ramai dihias oleh berbagai pernak-pernik pesta ulang tahun.
Dapat dilihat, betapa handalnya orang suruhan Nenek Kay dalam mendekor tempat ini. Lampu-lampu tumbler dan lampion mini terapung rapi di atas para tamu. Ditambah panggung yang didekor se-aestetic mungkin, dengan bernuansa warna soft pink. Bukan hanya itu, di sekeliling pagar rumah juga dihias dengan berbagai macam tanaman hias palsu, yang dibalut lampu tumbler berwarna putih.
Langi berdiri di samping panggung dengan menggunakan gaun merah mudanya. Rambutnya sengaja dia geraikan begitu saja, tetapi terkesan sangat anggun nan indah. Malam ini, dia merasa menjadi putri, seperti di dalam cerita dongeng.
Namun sayangnya, sang putri kelihatan sangat khawatir. Berulang kali dia melirik jam tangan yang dia pakai. Waktu sudah menunjukkan pukul lewat. Namun acaranya sama sekali belum dia mulai.
"Sayang, ini udah lewat banget. Banyak tamu yang mulai bosan. Kita mulai aja sekarang, ya?" ajak Senja untuk yang kesekian kalinya.
Langi nampak bimbang dan ragu. Dia membuka ponselnya, mengecek kembali pesan yang dia kirimkan kepada beberapa orang yang sangat dia tunggu kehadirannya. Tapi nihil, mereka sama sekali belum membalas pesannya. Alih-alih membalas, membaca pesannya pun tidak.
"Yaudah, kita mulai aja, Ma!" putus Langi, setelah menghela nafas berat.
Senja tersenyum. "Ayo kamu naik ke atas panggung. Sapa semua teman-teman kamu dulu."
Sekali lagi untuk yang terakhir kalinya, Langi berbalik, melihat ke gerbang rumahnya. Berharap keajaiban muncul, lalu menampilkan sosok yang dia tunggu dari tadi.
Namun yang ada hanyalah jalanan komplek yang gelap dan sepi. Akhirnya dia kembali meluruskan pandangannya dan bersiap untuk naik ke atas panggung.
"Lo benar-benar gak datang, Las?" rintih Langi.
🌧️🌧️🌧️
Rain menghampiri Bunga dan Tari yang sedang melahap kuenya. Dia duduk di samping mereka, membuat mereka terkejut.
"Eh? Udah potong semua kuenya, Ra?" tanya Bunga.
Rain mengangguk sebagai jawaban.
"Terus? Lo gak makan kuenya?" Tari menelisik seperti sedang mencari sesuatu.
Yang ditanya malah tersenyum miris. Dia teringat akan kondisi tubuhnya. Sebelum pulang dari rumah sakit, Dokter Agnes sudah mewanti-wanti Rain supaya tidak makan yang berat-berat dulu, salah satunya kue ulang tahunnya. Atau nanti dia akan kembali sakit lagi.
Rain gak mau kalau di saat-saat bahagia seperti ini, dia harus ambruk dan mengacaukan pesta indah yang dibuat teman-temannya.
"Nanti gue ngambil. Sekarang gue masih kenyang," jawab Rain.
Tari hanya mengangguk saja.
"Nga, Tar," panggil Rain, membuat kedua temannya yang dipanggil pun menoleh. "Kalian gak ke acaranya Langi?"
Memang cukup ganjal sih, kedua sahabat dekat Langi tidak hadir di acara ulang tahunnya. Rain pikir, itu pasti akan sangat menyakiti Langi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Teen FictionPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...