-65- JANJI

40 7 0
                                    

Happy reading ^^
__________________________

Langkah kaki Rain terhenti kala banyak gerombolan siswa yang berlarian di depannya. Rain menatap heran ke arah mereka. Karena penasaran, dia mengikuti gerombolan siswa tersebut yang berlarian menuju papan mading siswa.

"Gila sih anak-anak Dharmabakti emang tukang gosip semua," ujarnya melihat papan mading siswa yang dipenuhi oleh siswa.

Biasanya tukang menempel pengumuman atau berita terkini di mading itu adalah para pengurus osis. Namun tak jarang siswa biasa pun bisa memposting sesuatu di mading. Dengan izin dari pengurus osis juga tentunya.

Saat hendak berbalik, menjauhi kerumuman itu. Tangan Rain ditarik seseorang.

"Aw, lepas—" Ucapannya terhenti kala melihat orang yang di belakangnya.

"Ups, sorry-sorry. Pasti gue nariknya kenceng banget ya, Ra?" sesal orang itu, segera melepaskan cekalan tangannya.

Cewek di sampingnya menoyor kepala temannya dengan sedikit keras. "Lo sih, asal tarik-tarik aja!"

Rain terkekeh melihat pertengkaran kecil di depannya. Sungguh, dia rindu hal ini. Dia rasanya ingin teriak, karena tidak percaya sahabat-sahabatnya telah kembali bersamanya.

"Gak papa, Nga. Gak sakit kok. Pasti Tari yang sakit akibat ditoyor sama lo."

"Tahu nih si Bunga. Kalau udah nindas kagak pernah dikira-kira!" sebal Tari.

"Namanya juga nindas. Harus tuntas, jangan nanggung-nanggung!" balas Bunga. Lalu dia dan Rain tertawa bersama.

"Dih, malesin lo mah!" sahut Tari, "Eh, Ra. Btw, lo ngapain di sini?"

Rain melirik mading siswa yang masih sesak oleh kerumuman. "Gue iseng aja mau lihat ada apa di sini rame-rame. Ternyata rame karena ngerubungi mading. Kirain ada antrian sembako!"

Kedua sahabatnya sontak tertawa. Jika Rain merindukan pertengkaran kecil mereka, maka mereka merindukan candaan-candaan yang terlontar dari mulut Rain.

"Gak ada antrian sembako, Ra! Mereka lagi lihat undangan ulang tahun lo sama Langi." Bunga menjawab.

"Ulang tahun gue?"

Tari mengangguk. "Lo lupa kalau besok lo ultah?"

Rain tersenyum kikuk. "Tapi gue gak dirayain. Dan gue minta, jangan kasih tahu siapa-siapa, ya?"

"WHAT?!" pekik Tari, "Maksud lo, yang dirayain cuma Langi doang gitu?"

Rain membalasnya dengan senyum tipis.

"Kagak adil banget, Anjir!" kesal Tari.

"Nggak, bukan gitu, Tar. Emang karena guenya aja yang gak mau dirayain," alibi Rain.

Mendengar perkataan Rain, Tari bernafas lega. Dia berpikir, setidaknya Rain bahagia di rumahnya. Meskipun Langi secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada Rain.

Tapi berbeda dengan Tari, sedari tadi Bunga melihat gerak-gerik tubuh Rain dan mendapat keganjilan di sana.

🌧️🌧️🌧️

Rain Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang