-74- KECEWA PADA KENYATAAN

65 5 0
                                    

Happy reading ^^

__________________________________

Terdapat adegan kekerasan. Pembaca dimohon untuk bijak dalam membaca. Terima kasih.

"Iya saya ayahnya Badai dan juga ... Kamu."

Sontak Rain kembali mengangkat kepalanya. Berusaha memperjelas indra pendengarannya. "Ma-Maksudnya, Om?"

Belum sempat Abi Manyu menjawab, seorang wanita datang menghampirinya dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Maaf, aku telat, Mas. Kamu udah ketemu sama putri kamu?" ujar wanita yang bisa diperkirakan umurnya sekitar 30-an itu. Dia duduk di samping Abi Manyu.

Kedua bola mata Rain membelalak kaget. "Tante Nira?"

Nira menoleh pada asal suara yang memanggilnya. Kedua matanya hampir akan copot keluar. "Rain?"

"Lho, lho kalian saling kenal?" tanya Abi Manyu masih belum mengerti dengan keadaan ini.

"Aku pacarnya Laskar——anaknya Tante Nira," jelas Rain sedikit menoleh ke arah Nira.

Setelah mengatakan hal itu, keheningan melanda mereka. Keluarga angkat Rain tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Abi Manyu sedikit kesal saat Rain menyebut nama anak dari Nira. Nira masih tampak syok karena bertemu dengan Rain di situasi seperti sekarang. Badai, dia khawatir rencananya dan Langi akan gagal.

Sedangkan Rain teringat pada pacarnya. Dia ingat betapa sakit dan prustasinya ketika Bundanya pergi dari rumah dan menggugat cerai Ayahnya karena lebih memilih hidup dengan mantan kekasihnya.

Wait, Rain diam sejenak. Sebuah pikiran buruk melintas dalam kepalanya.

"Nira, dia calon istri saya." Suara Abi Manyu memecahkan keheningan.

Bravo. Tebakan Rain benar. Tante Nira adalah calon istri Abi Manyu, dengan kata lain Om Abi Manyu adalah mantan kekasihnya Tante Nira. Orang yang sudah menghancurkan semua impian kecil Laskar.

"Bunda, Ra. Bunda pergi dari rumah."

"Gue kacau, Ra."

"Gue gak punya masa depan yang cerah. Gue udah kehilangan semua tujuan hidup gue. Mungkin selama ini gue bisa bertahan, tapi nggak lagi untuk ke depannya, Ra. Gue gak kuat."

"Impian gue ... Berkumpul lagi dengan keluarga kecil gue."

"Tapi kemarin, takdir menyadarkan gue supaya gue gak terlalu banyak bermimpi. Gue gak akan pernah bisa wujudin impian gue itu, Ra. It will never be possible."

Rain menggeleng tegas. 'Impian lo pasti terwujud, Las. Gue janji,' batinnya.

"Rain," panggil Abi Manyu. Kini seluruh perhatian orang-orang yang duduk di meja itu menatap Rain.

Rain mendongak, tersadar dari lamunannya.

"Maafin Ayah, Nak," lanjut Abi Manyu. Tapi sedetik kemudian, air matanya mengalir begitu deras di kedua pipinya.

Lima belas tahun yang lalu, hidup Abi Manyu jauh dari kata bahagia. Hubungan cinta dengan pacarnya kandas di tengah jalan. Nira——kekasih yang selalu dia puja, hari ini tengah duduk di pelaminan bersama seseorang yang dijodohkan dengannya.

Rain Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang