Happy reading ^^
__________________________"Rain!!!" pekik Fina saat melihat Rain menongolkan badannya di ambang pintu kelas. Dia pun langsung berlari dan memeluk teman sebangkunya itu.
Pelukan itu tidak lama terlepas. "Sumpah, Ra. Gue kangen banget sama lo, huwaa ...."
Rain berdecak. "Apa sih, lebay deh lo!"
"Lo tuh emang gak ada manis-manisnya, 'ya!" Fina mencebikkan bibirnya. "Oh ya, gue turut berduka cita atas meninggalnya papa lo, Ra. Lo yang tabah, okay?"
Rain tersenyum sembari mengangguk tetapi dalam hatinya dia ingin menangis ketika mendengar banyak ungkapan bela sungkawa dari teman-temannya. Dari awal dia masuk gerbang semua orang yang bertemu dengannya pasti mengucapkan kalimat yang sama seperti Fina tadi.
"Woy, Fina! Minggir, Rain pasti pengen duduk tuh. Gak ada akhlak bener sih lo, bikin KM kita lama berdiri!" teriak Laskar yang duduk di bangku belakang.
Sontak semua orang yang berada di kelas itupun tertawa tatkala melihat wajah asem Fina. Rain pun ikut terkekeh, setidaknya dia masih mempunyai teman sekelas yang baik, yang selalu menghibur dan menyalurkan kebahagian untuknya. Rain sadar, kehidupannya tidak selalu menyedihkan dan tidak selalu menyenangkan. Bukankah begitu? Allah Maha Adil bukan?
Dia akan menguji hamba-Nya karena Dia mencintainya, supaya hamba-Nya selalu dekat dengan-Nya. Kehidupan itu berputar, seperti roda. Jangan menyalahkan takdir jika saat ini kamu sedang dalam masa terpuruk. Tunggu saatnya, pasti kebahagiaan akan datang padamu. Dan yang terpenting, jangan menyerah dan harus tetap bersabar.
"Yaudah, Ra. Yuk duduk!" ajak Fina.
Rain mengangguk dan berjalan mengekori Fina. Dia pun mendudukkan dirinya di bangku yang sudah seminggu ini dia tinggalkan, karena dia yang sibuk olimpiade ditambah musibah yang menimpa keluarganya.
"Tahu gak sih, Ra. Seminggu kemarin gue bete banget gak ada lo!" sebal Fina, "Gue duduk sendirian, tahu!"
Rain terkekeh. "Iya, Fin. Lo 'kan udah ngomong kemarin pas ditelpon."
"Oh, iyakah?" Fina membengongkan diri. "Yaudah deh gak apa-apa, 'kan gue pengen cerita lagi sekarang!"
Rain menggeleng-gelengkan kepala, pasrah pada sikap semaunya Fina. Lalu Laskar menghampiri dan memberi kode pada Fina melalu matanya, menyuruhnya untuk minggir.
"Apaan sih? Gak mau! Ini tempat duduk gue!" tolak Fina.
Laskar menghembuskan nafasnya kasar. "Plislah, gue pengen ngobrol bentar ama Rain!"
"Fin, bisa anter gue ngambil buku di perpus? Please!" Sesil tiba-tiba berdiri di samping Fina.
Fina dalam dilema besar, dia masih ingin bercerita banyak dengan Rain tetapi dia juga tidak tega menolak permintaan Sesil. Bagaimanapun selama Rain libur, Sesil-lah yang selalu mengantarnya kemanapun dia pergi.
"Eum ... Yaudah deh. Ra, mau ikut ke perpus gak?" ajak Fina.
Rain menatap heran Laskar yang terus menggeleng-gelengkan kepalanya. Mungkin dia sakit leher kali. "Nggak deh, Fin. Gue di sini aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Novela JuvenilPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...