-34- JADIAN

91 6 0
                                    

Happy reading ^^
____________________________

Tidak ada percakapan dalam ruangan itu. Ketiga orang yang sedang duduk di sana hanya diam dan berkelana dengan pikirannya sendiri. Sehingga sebuah pintu diketuk oleh seseorang di luar sana.

Langi bangkit dan membukakan pintu. "Lho pak Azrul?"

Pak Azrul mengangguk. "Non, boleh saya masuk? Saya teh ingin bicara sama nyonya."

Langi mengangguk dan mempersilakan pak Azrul untuk masuk ke dalam. Kemudian dia kembali duduk di tempatnya semula. Dan pak Azrul duduk di bangku yang kosong, yang berada di sana.

"Nyonya ..." panggil pak Azrul ragu membuat pikiran Senja kembali dan seluruh perhatiannya kini teralihkan.

"Eh, kamu sudah kerja lagi, Zrul? Memangnya istri kamu sudah sembuh?" tanya Senja berusaha tersenyum.

"Alhamdulillah istri saya teh sudah lebih baik sekarang mah, Nya. Saya ingin mengucapkan turut berduka cita atas apa yang terjadi pada juragan. Dan saya oge mau minta maaf, karena saya sudah lalai dalam bekerja di sini. Kalau saja kemarin saya yang menjemput non Rain, pasti agan ..."

"Tidak usah menyalahkan diri kamu seperti itu, Azrul!" potong nenek Kay.

"Tapi saya teh merasa tidak enak, Nenek nyonya. Kalau seandainya saya dipecat karena kelalaian saya, saya gak papa atuh da saya rumaos salah." Pak Azrul menatap sendu, dia benar-benar terpukul atas apa yang terjadi pada majikannya.

"Saya bilang kamu gak salah, Azrul!" bentak nenek Kay, mampu menciutkan nyali Azrul. "Yang salah di sini adalah anak itu. Anak yang sok-sokan ikut olimpiade dan minta dijemput sama ayahnya!"

Senja hanya diam mendengar ibunya yang terus menyalahkan Rain. Sedikit dalam hatinya pun ikut setuju atas perkataan ibunya.

"Sayang, coba kamu chat Rain suruh dia pulang cepat. Dasar anak tidak tahu diri, keluarga sendiri lagi terkena masalah, dia malah enak-enakan keluyuran!" sambung nenek Kay.

Langi langsung mengeluarkan ponselnya dan mengirimi kakaknya pesan.

Senja menghela nafasnya panjang. "Azrul, kamu masih kerja sama keluarga saya. Dan kamu jangan merasa sedih atau menyalahkan diri kamu sendiri, karena kamu tidak salah apa-apa atas semua yang terjadi pada suami saya kemarin."

"Baik, Bu. Terima kasih ... Kalau begitu saya kembali ke tempat saya." pamit Pak Azrul.

Selepas kepergian pak Azrul ruangan itu kembali senyap. Tidak ada yang hendak bertanya, berbicara atau pun bercerita. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri.

Sehingga sebuah pintu terbuka dengan sendirinya lalu menampakkan sosok Rain dari baliknya. Rain menatap sorot mata dari beberapa pasang mata yang terus memandangnya. Dia pun ikut duduk di samping Langi.

Nenek Kay tidak bisa menahan amarahnya lagi, dia bangkit berdiri kemudian menampar keras pipi sebelah kanan Rain.

plak!

"DASAR ANAK GAK TAHU DIRI!" pekik nenek Kay.

plak!

Nenek Kay kembali menampar pipi sebelah kiri Rain dengan keras.

Rain Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang