Happy reading ^.^
Semoga kalian selalu suka sama Rain Story yaa!
🌧️🌧️🌧️
Suasana rumah Rain nampak sepi dari luar. Rain pikir pasti semua anggota keluarganya sedang keluar. Apakah mereka tidak membaca pesan yang Rain kirimkan kemarin? Rain sudah memberitahu keluarganya kalau dia akan pulang dari rumah sakit hari ini.
Tetapi Rain terlalu naif. Dia selalu menganggap keadaan baik-baik saja. Padahal, kenyataan sudah berbeda, tidak lagi sama seperti dulu. Bodohnya, dia selalu menyangkal hal itu dan menganggap semuanya baik-baik saja.
"Masuk aja, Ra?" tanya Laskar.
Rain mengalihkan pandangannya pada pemuda yang berdiri di sampingnya, sembari terus mengenggam tangannya.
"Iya. Sepertinya pintunya juga gak dikunci."
Laskar mengangguk. Lalu mereka menginjak satu demi satu anak tangga untuk menuju pintu besar rumah Rain. Ketika sudah sampai di teras, sebuah mobil berwarna hitam memasuki pekarangan rumah.
Secara otomatis, perhatian Rain dan Laskar pun tertuju pada mobil itu. Setelah menunggu beberapa detik, akhirnya keluar orang-orang yang ada di dalam mobil.
Langi, Senja dan Nenek Kay turun dengan tangan yang penuh membawa paper bag yang berisi barang-barang belanjaan. Langkah mereka berhenti kala melihat Rain dan Laskar yang sedang menatapnya. Raut wajah bahagia yang semula terukir indah, kini sirna karena melihat keberadaan Rain di teras rumah.
Namun sedetik kemudian, mereka kembali melanjutkan langkahnya menuju teras. Setelah sampai di hadapan Rain, langkah mereka bertiga kembali berhenti. Tatapan matanya semakin tajam, menunjukkan rasa tidak sukanya pada Rain.
Sorot mata Rain berbinar, dia begitu merindukan adiknya. Dia seolah-olah sudah melupakan kejadian sebulan yang lalu. Yaitu kejadian saat Langi dan kedua temannya yang lain membully-nya di sekolah.
"Langi!" pekik Rain, lalu dia menghamburkan diri memeluk sang adik. "Kangen banget!"
"Lepas, gue gerah!" tajam Langi, tanpa membalas pelukan Rain.
Akhirnya dengan pelan-pelan, Rain mengendurkan lilitan tangannya. Dirinya kini beralih menatap sang ibu.
"Mama," panggil Rain lembut, "Mama sama Nenek dan Langi abis dari rumah sakit buat jemput Rain, ya? Maaf ya Ma, Rain lupa bilang sama Mama kalau Rain pulang bareng Laskar. Pasti Mama bingung nyariin Rain ya di sana?"
Senja semakin menatap Rain tajam. Dia mengangkat semua barang belanjaan yang dibawanya. "Kamu gak lihat saya dan Langi juga Ibu saya, bawa barang belanjaan?!"
Rain tersenyum lebar. "Itu pasti hadiah buat Rain, karena Rain udah bisa keluar rumah sakit ya, Ma?" pekiknya senang.
"Aduh, gini amat gue punya kakak. Katanya juara olimpiade tingkat provinsi tapi kok lemot?" sahut Langi dengan sindiriannya, "Gue kasih tahu ya sama lo, gue sama Mama dan juga Nenek abis belanja. Kita belanja banyak baju-baju dan aksesoris yang mewah dan mahal. Ini semua buat siapa? Ya, buat kitalah. Bukan buat lo. Mana sempat kita kepikiran sama lo!"
Hati Rain teriris mendengar ucapan Langi. Sebenarnya dia juga tahu. Sebenarnya dia juga hanya ingin berbasa-basi dengan keluarganya. Dia ingin keadaan kembali membaik seperti dulu——saat Papanya masih hidup. Tetapi lagi dan lagi dia harus kembali tertampar dengan kenyataan.
Rain hanya bisa berusaha untuk tetap menunjukkan senyuman terindahnya terukir di wajah cantiknya. Dia hanya bisa menelan pahit-pahit semua cercaan yang dia dengar. Karena ini adalah konsekuensi yang harus dia terima, jika dia kembali ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Teen FictionPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...