Happy reading ^^
________________________Sebuah apartemen terkunci menghentikan langkah kaki Bunga. Gara menatap pintu apartemen itu lama, membuat Bunga harus menunggunya.
"Gar, lo oke?" tanya Bunga, khawatir. Karena bisa dipastikan membuka luka lama itu sangat menyakitkan.Gara mengangguk. Lalu dia memasukkan sebuah password apartemen itu. Dan beruntungnya, password-nya masih sama seperti satu tahun yang lalu.
Ketika pintu terbuka, dapat dilihat suasana apartemen yang kacau. Gara masih mematung di depan pintu, sedangkan Bunga mulai melangkahkan kakinya untuk mencari satu atau dua petunjuk dari kejadian yang terjadi sekitar satu tahun yang lalu.
"Gue gak kuat, Nga. Ini semua salah gue!" ucap Gara tiba-tiba berdiri di dekat Bunga.
Bunga mengusap pelan bahu Gara. "Lo tenang aja, Gar."
"Waktu sebelum Ana bunuh diri, dia menelpon gue sampai ratusan kali. Tapi bodohnya gue malah mengabaikannya, Nga." Gara meneteskan air matanya ketika mengingat kebodohannya dulu.
Bunga melotot, kaget. "Gila lo, ya?! Kenapa lo gak angkat telponnya itu, bego?!"
"Iya gue saat itu lagi nongkrong. Gue matiin ponsel gue."
"Terus saat itu lo udah tahu Ana dirampok dan di-"
"Iya gue tahu," potong Gara, seolah tidak ingin mendengar ucapan Bunga selanjutnya. "Dan jujur, saat itu gue marah sama Ana. Karena dia tidak bisa melawan mereka sama sekali."
Bunga tidak tahan lagi, tangannya menampar Gara keras. "Lo emang keterlaluan banget! Yaiyalah Ana gak bisa lawan, dia kan cewek! Lo kok bego banget sih, Gara?!"
"Karena saat itu gue terpengaruh ucapan anak-anak playboy is my life, Nga!" balas Gara tidak kalah keras, "Dan mulai saat itu, gue benci sama mereka. Gue keluar dari perkumpulan itu!"
"Yaudahlah, sekarang kita cari sesuatu di sini, siapa tahu ada petunjuk pelaku perampokan itu." putus Bunga, berusaha mengerti posisi Gara dan menghentikan perdebatan mereka.
Mereka berdua pun mulai menjalankan alasan mereka datang ke tempat ini. Beberapa menit berlalu, namun mereka tidak menemukan sesuatu di sini.
Gara menghampiri Bunga yang sedang fokus membuka-buka sebuah laci. "Sudahlah, Nga. Di sini tidak ada apa-apa."
Bunga membalikkan badannya menatap penuh Gara. "Pasti ada kok, Gar. Lo jangan putus semangat gitulah!"
"Udah Nga, udah. Gak usah dipaksakan lagi, gue udah ikhlasin Ana!" bentak Gara, tersulut emosi.
Bunga menatap prihatin Gara. "Gar, maafin gue. G-gue cuma mau bantu lo."
Gara menghembuskan nafasnya. "Iya, udah gak papa. Sekarang kita pulang aja."
Bunga pun akhirnya setuju, karena di tempat ini Ana tidak meninggalkan jejak apapun. Lalu mereka berdua pun pergi meninggalkan apartemen Ana.
🌧️🌧️🌧️
Suara mesin monitor penunjuk detak nadi Rain berbunyi, memenuhi ruangan kamar inap rumah sakit yang sunyi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Teen FictionPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...