Happy reading ^^
____________________________
Seminggu sudah waktu berlalu dari sejak dia tahu kalau dirinya hanyalah anak angkat dari keluarga yang sudah bersamanya sedari dia masih kecil.
Acara seni dan olahraga di sekolahnya masih berlangsung. Tapi dia tidak bersemangat mengatur para atlet atau peserta lomba kelasnya. Dia terlihat agak murung.
Hal itu tidak luput dari perhatian teman-temannya. Terutama Fina, dia merasa Rain sedang ada masalah.
"Ra, lo okay?" tanya Fina di tengah-tengah keributan di lapangan futsal sekolahnya.
Saat ini mereka sedang menonton pertandingan futsal tim kelas mereka. Berbeda dengan dirinya dan beberapa orang lain yang sedang menyoraki tim kelas masing-masing, Rain hanya diam dan menatap kosong pertandingan ini.
Rain mengerjap kala Fina menepuk bahunya. "Ah iya, gue baik-baik aja kok, Fin."
Fina menelisik setiap inci wajah Rain. Dia menemukan sebuah kebohongan di sorot kedua mata sahabatnya itu. Tapi dia juga tidak bisa memaksa, kalau Rain tidak ingin bercerita.
"Oh iya, Fin. Gue lupa. Gue mau latihan olimpiade dulu ya di perpus," pamit Rain, "Gue minta bantuan lo buat ngatur tim kelas kita ya?"
Selama seminggu ini, Rain sibuk dengan latihan olimpiade-nya. Jadi Fina yang meng-handle semua tugas Rain sebagai KM kelasnya.
Setelah mendapat persetujuan Fina, Rain pun melangkahkan kakinya menuju perpustakaan.
Di sepanjang koridor, dia melihat kerubungan siswa yang sedang asyik menonton berbagai pertandingan. Ada lomba nyanyi dan baca puisi yang diadakan di lapangan utama sekolah, lalu lomba bulu tangkis di aula sekolah.
Belum sampai di perpustakaan, Rain bertemu dengan orang-orang yang berusaha dia hindari selama seminggu terakhir ini. Keluarganya. Keluarga angkatnya.
"Lo dari mana aja sih?! Kami capek tahu nyariin lo dari tadi," semprot Langi begitu Rain sampai di depan mereka.
Sebenarnya mereka tidak benar-benar berkeliling mencari Rain. Langi hanya bertanya kepada setiap orang yang lewat di tempat ini tentang keberadaan Rain. Memangnya buat apa mereka harus berkeliling mencari Rain? Buang-buang waktu saja, kan?
Rain tidak mengacuhkan hardikan adiknya. Dia beralih menatap Nenek dan Ibunya secara bergantian. "Ada Ma, Nek?"
Baru saja Senja hendak menjawab, tapi Nenek Kay sudah berkata terlebih dahulu, "Cepat ikut kami sekarang!"
"Sekarang, Nek? Tapi Rain mau latihan olimpiade abis ini," ujar Rain, berusaha menolak. Lagian mau apa mereka mengajak Rain pergi dari sekolah?
"Cepetan, Rain. Waktu saya tidak banyak."
"B-baiklah, Nek. Rain ambil tas dulu."
Rain hendak berbalik. Tetapi suara Neneknya kembali menginterupsi, "Gak usah. Nanti tas kamu biar Langi yang bawa."
Langi melotot kesal mendengar perintah Neneknya. "Kok Langi, Nek?"
"Udah, Sayang. Tolong bawain, ya?" pinta Senja lembut, sembari mengelus pundak Langi.
"Yaudah deh iya."
Nenek Kay melangkah dan diikuti Senja juga Rain.
"Eum, Ma!" pekik Langi, "Langi ke sananya nanti saja ya nyusul?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Teen FictionPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...