"Perasaan itu bagaikan keberuntungan dan kutukan. Dia akan menjadi keberuntungan seseorang jika perasaan itu terbalas. Namun, dia bisa menjadi kutukan bagi seseorang jika menaruhkannya pada orang yang salah."
Rain kini sedang duduk sendirian di teras kelas yang kebetulan di sana terdapat tempat duduk yang di sediakan oleh sekolah sambil memainkan gawainya.
Jam menunjukkan pukul 06.45 WIB, siswa-siswi sudah mulai berlalu-lalang memasuki area kelasnya masing-masing.
Tiba-tiba sebuah handphone tersodorkan di depan wajah Rain. Rain mendongak menatap sang-empunya.
"Apaan nih?" tanya Rain.
"Tulis nomor handphone Lo!" jawab Laskar.
"Buat apa?"
"Lo anggap gue temen Lo 'kan?" Rain menganggukkan kepalanya.
"Jadi kalau ada apa-apa Lo boleh kontak gue."
Rain menimbang, lalu mengambil handphone Laskar dan mengetikkan sebuah nomor telepon yang ia hafal.
"Sudah, nih." Rain menyerahkan handphone Laskar.
Laskar menerima kembali handphone-nya. "oke, nanti gue chat Lo."
Rain menganggukkan kepalanya dan terus tersenyum puas kemenangan. Misinya akan berhasil.
Tidak lama kemudian bel berbunyi nyaring di setiap penjuru sekolah. Rain dan Laskar memasuki kelasnya. Namun pembelajaran jam pertama sekarang tertunda sebentar karena ada pengumuman dari pihak pengurus OSIS SMA Dharma bakti.
Langit beserta dua rekannya sedang mempromosikan organisasi OSIS kepada siswa kelas X. Sekarang ia tengah berada di kelas X IPA 1.
"Organisasi OSIS bukan hanya sekedar perkumpulan anak sekolahan yang banyak menghabiskan waktu pulangnya di sekolah. Tetapi OSIS adalah kumpulan dari siswa-siswi berbakat dan berprestasi yang sudah menjalani penyeleksian terlebih dahulu.
"Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari masuk organisasi OSIS diantaranya pengalaman. Oh ayolah, hidup kita hanya sekali. Dari pada keluyuran gak jelas setelah pulang sekolah mending ikut kumpul bersama siswa-siswi teladan membahas pelajaran, sekolah, lomba dan lain-lain.
"Kami pun sudah banyak memenangkan lomba, kompetisi dan olimpiade. Dan semua itu didapatkan memerlukan banyak waktu dan pikiran. Dibilang capek sih iya, tapi pengalaman dan kebersamaan lebih berharga dari pada rasa capek itu sendiri." jelas Langit.
Laskar mengetahui dari tadi pandangan Rain terus tertuju pada Langit. Sepertinya Rain sangat terpukau dan kagum atas penjelasan Langit. Dan Laskar benci hal itu.
"Jadi apakah di sini ada yang bersedia menjadi anggota baru pengurus OSIS SMA Dharma bakti?" tanya Riska.
"Las, masih ingat gak sama cogan yang gue ceritain kemarin?" bisik Rain, Laskar hanya bergumam tanda mengiyakan.
"Dia itu kak Langit. Coba Lo perhatiin deh, kak Lang itu baik, pengertian, cerdas, berwibawa, publik speaking-nya pun bagus banget," puji Rain.
Hati Laskar memanas, ia tahu Rain bukan type orang yang suka memuji, sekali ia memuji orang berarti Rain benar-benar kagum pada orang itu.
Laskar berinisiatif untuk menunjukkan pada Rain bahwa ia pun pantas dipuji bahkan lebih baik dari Langit.
Lalu Laskar maju ke depan menghampiri tiga orang kakak kelasnya.
"Gue mau ikut masuk," ucap Laskar mantap.
Rain yang menatap itu seolah mimpi. Apakah itu benar temannya yang bobrok mau ikut masuk OSIS? Tiba-tiba ia pun khawatir akan masa depan sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Teen FictionPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...