-59- KEBOHONGAN YANG TERUNGKAP

62 6 0
                                    

Happy reading ^.^
_____________________________________

"Ra, kenal anak baru yang namanya Badai?" Akhirnya Laskar bisa bertanya dengan lancar.

Rain tersentak, tapi sebisa mungkin dia bersikap biasa saja. Akhirnya dia mengangguk. "Dia teman kecil sekaligus first love gue, Las."

Tidak dapat dipungkiri, perkataan Rain mampu membuat kedua mata Laskar melotot, kaget. "H-hah?"

Rain tergelak melihat raut wajah Laskar saat ini. "Tolong muka dikondisikan, ya. Tenang aja, perasaan gue sama Badai udah hilang dari lama."

Laskar menggeleng, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Bukannya gitu, tapi kok bisa gitu? Gak habis pikir gue."

"Ya bisa ajalah. Emang kenapa? Lo kenal sama Badai?"

"Iya, gue gak sengaja ketemu dia di sekolah tadi."

"Pernah ngobrol?"

"Nggak," jawab Laskar, terpaksa berbohong.

Rain menanggapinya hanya dengan anggukan kecil saja. Lalu dia menyuapi lagi Laskar bubur yang ada di tangannya.

Laskar menerima suapan bubur itu sambil memikirkan banyak hal. "Kok dia bisa jadi teman kecil lo sih, Ra?"

Rain menghela nafas sebentar. "Dulu gue kan tinggal di Garut. Nah dia juga orang Garut. Rumah kita deket, jadi hampir setiap hari kita—gue, Langi, Badai—sering main bareng, apalagi kita satu sekolahan juga."

"Oh, ternyata si preman itu dulu mainnya sama anak cewek haha." lirihnya sampai tidak terdengar oleh Rain.

"Hah apa?" tanya Rain.

"Eh enggak." Laskar mengerjap. "Buburnya udah abis kan, Ra?"

"Satu lagi nih, tanggung. Abisin ya." Tangan Rain semangat menyodorkan suapan terakhir buburnya. Dan Laskar juga dengan sigap memakan sesendok bubur terakhirnya.

"Sekarang minum obatnya, Las." Rain menyodorkan beberapa bungkus obat yang sudah Gara tebus beberapa jam yang lalu.

"Nanti aja, Ra," tolak Laskar, karena dia tidak terlalu suka minum obat.

"Ih harus sekarang!" desak Rain, "Ayo Laskar, bangun dulu."

Dengan terpaksa, Laskar bangun dan meminum semua obat itu sesuai arahan dari Rain. "Ra, makasih udah jagain gue."

"Jangan gitu, Las. Kayak sama siapa aja. Dulu lo juga kan sering banget jagain gue?" Rain terkekeh renyah.

Laskar tersenyum. "Terus di samping gue ya, Ra. Jangan tinggalin gue, sesalah apa pun kesalahan gue ke lo. Gue minta maaf, Ra. Gue ngerasa punya banyak salah sama lo."

Rain terdiam sebentar, masih berusaha mencerna kalimat panjang yang keluar dari mulut Laskar. "Hah, semua manusia juga pasti punya salah. Gue juga minta maaf, jika gue punya salah sama lo. Dan gue gak akan mungkin ninggalin lo, Las. Gue harap lo juga seperti itu, lo selalu ada di samping gue."

Laskar mengangguk sambil mengacak gemas puncak kepala Rain. "Gak usah diminta, gue akan selalu ada sama lo."

Rain tersenyum sangat manis sebagai balasan untuk ucapan Laskar.

"Ra, gue telepon Gara buat anterin lo pulang, ya. Nanti pagi kan lo harus sekolah."

Rain menggeleng. "Tapi, Las. Gue absen sehari aja deh."

Namun Laskar menolak tegas. "Besok ujian, Ra. Dan lo baru masuk sehari kan?"

"Las ..."

"Masuk, Ra!"

Rain Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang