Rain berkali-kali mengecek alamat yang dikasih Laskar padanya. "Kayaknya bener deh yang ini rumahnya."
Rain memencet bel. Muncullah seorang satpam.
"Neng, cari siapa?" tanya satpam tersebut.
"Apa ini benar rumah Laskar, pak?"
"Iya."
Rain menjulurkan tangannya. "Saya Rain, temannya Laskar."
"Oh iya neng, silahkan masuk, den Laskar sudah menunggu di dalam." Lalu pak satpam itu pun kembali ke posnya.
Pintu gerbang terbuka, namun sebelum masuk Rain menyuruh supirnya untuk pulang dulu.
Rain memasuki pekarangan rumah yang luas dan terdapat berbagai jenis tanaman. Rain juga melihat sebuah rumah besar di depannya.
'Ternyata si anak alien itu anak orang tajir, ya' batin Rain.
Setelah sampai di depan pintu, Rain pun mengetuk pintu rumah Laskar.
Tidak berapa lama, Laskar muncul di balik pintu.
"Eh Ra, cepet amat nyampenya?" sapa Laskar, "Ayo masuk, kita tunggu Fina-nya di dalam."
Rain dan Laskar pun masuk. First impression Rain ketika melihat isi rumah Laskar adalah kagum, apalagi diisi oleh barang-barang mewah dan cantik. Ruangannya pun luas dan tampak ... Sepi.
Laskar datang dari arah dapur membawa bermacam Snack dan minuman.
"Las, di rumah gak ada siapa-siapa?" tanya Rain.
Laskar menghembuskan nafasnya. "Iya, Lo tahu 'kan gue ini anak tunggal dan bokap sama yokap sibuk kerja."
Rain ber-oh menanggapi kalimat Laskar.
"Gue kadang iri sama Lo, Ra," tiba-tiba Laskar berkata.
Rain menoleh. "Eh, kenapa?"
"Gue iri liat Lo sama keluarga Lo. Lo selalu dikelilingi keluarga yang sayang sama Lo. Gue juga ingin merasakan kehangatan di ruang keluarga, Ra.
"Lo liat, ini adalah ruangan keluarga. Ruangan ini sangat luas, mungkin dipakai main bola pun bisa. Tapi di sini gue gak pernah ngerasain kebahagiaan dalam keluarga.
"Apa gunanya semua fasilitas mewah ini jika gue sendiri gak ngerasain bahagia, Ra?"
Rain menatap kasihan Laskar. Rain sekarang menemukan sisi lain dari teman sebangkunya. Meskipun di sekolah Laskar terlihat bahagia. Namun nyatanya, dia sangat kesepian.
"Ehm, sorry gue malah curhat gini," kekeh Laskar.
"Gak papa. Lo boleh cerita apa aja sama gue, kita 'kan teman," ucap Rain, "Oh iya, Lo boleh kok anggap keluarga gue sebagai keluarga Lo juga."
"Thanks, Ra."
Rain tersenyum tulus.
Tiba-tiba Fina pun datang dengan tergesa-gesa. "Aduh, sorry telat."
"Gak papa. Belum mulai kok," jawab Rain.
"Uhh, syukur deh. Jadi gue harus pelajari yang mana?" tanya Fina. Rain pun membuka bukunya dan menunjukkan bagian yang harus dipelajari Fina.
"Oh oke, gue langsung kerjain ini." Fina pun sibuk mencorat-coret bukunya.
"Eh Ra, mana jawaban Lo atas soal yang kemarin gue kasih?" tanya Laskar.
Rain menghembuskan nafasnya. "Nih." Sambil menyodorkan sebuah buku.
Laskar langsung mengambil buku itu, lalu menyalinnya. Rezeki punya temen pintar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Teen FictionPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...