-72- PERJODOHAN

54 3 0
                                    

HAPPY READING ^^

________________________________

Malam kelam menjadi saksi dari kepedihan dalam hatinya. Senja dengan orange-nya sudah hilang sedari lama.

Rain duduk dengan punggung yang disandarkan ke dinding yang berada di dekat nakasnya. Tatapan matanya kosong. Dia tidak menangis. Bahkan dari siluet orange itu masih ada pun dia tidak menangis. Seolah-olah air matanya sudah kering. Dia tidak bisa menangis lagi, meskipun hatinya sudah terasa sangat sesak.

'Abi Manyu, Ayah aku bernama Abi Manyu. Siapa dia? Namanya seperti tidak asing bagi aku.'

Pikirannya tidak lepas dari kenyataan yang baru terkuak beberapa jam yang lalu. Dia tertawa hambar. Merasa lucu dengan dunianya. Entah dia harus percaya atau tidak pada kenyataan ini.

Rain menghela nafas berat. Berusaha tetap menanamkan kemungkinan-kemungkinan baik dalam pikirannya. Dia yakin, Nenek dan keluarganya tadi cuma bercanda.

Sedetik kemudian, ponselnya yang berada di atas nakas meja berdering nyaring memecahkan kesunyian yang ada di ruangan itu.

Laskar pe'a is calling ...

Dengan gerakan cepat, Rain menekan tombol hijau di layar ponselnya. Tadinya dia ingin mengomel karena pacarnya ini baru menghubunginya.

Tapi suara isakan di seberang telepon sana mengurungkan niat awal Rain. Dia mulai khawatir pada Laskar.

"Las, hei, kenapa? Lo nangis?"

Tidak ada jawaban. Membuat insting Rain kuat mengenai kondisi Laskar.

"Las, you okay kan?"

"Bunda, Ra. Bunda pergi dari rumah," jawab Laskar dengan nada suara yang lemah.

Mata Rain terbelalak sempurna. "Maksudnya? Kok bisa?"

Terdengar hembusan nafas yang berat di balik ponsel Rain. "Dia selingkuh sama mantan pacarnya dulu, Ra. Gue takut, Ra. Gue takut sendirian."

"No, no, Las. Ada gue. Lo gak akan sendirian. Lo masih punya gue okay, lo ngerti kan?" ujar Rain, "Lo mau gue ke sana sekarang?"

Entah ada apa dengan hari ini. Tapi kabar menyakitkan datang kepada mereka berdua. Tentang Rain yang tahu kalau dia bukan anak kandung dari orang tua yang selama ini bersamanya. Dan Laskar pun mendapat kabar buruk, ibunya pergi dari rumah karena ketahuan selingkuh.

Mengingat tentang banyak tanda tanya di dalam kepalanya, sejenak Rain ingin bercerita pada Laskar tentang keadaannya sekarang ini. Tapi dia rasa, ini bukan waktu yang tepat untuk bercerita. Karena Laskar juga sedang dalam kondisi tidak baik-baik aja.

"Gak usah, Ra. Ini udah malem. Lo gak boleh keluar rumah," tegas Laskar.

Rain terkekeh. Di saat-saat rapuh pun ternyata Laskar tetap masih bisa bersikap possesif.

"Jadi gue harus gimana dong, biar lo gak nangis lagi?" tanya Rain dan sedikit mengejek pacarnya.

"Gue gak nangis, Ra."

Rain Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang