Hello gaes!
Supaya feel nya kerasa banget, aku saranin baca lagi part sebelumnya yaa! ^^Happy reading ❤️
———————-——————————————————Laskar menghentikan ceritanya, dia menyeka air mata yang mengalir deras di pipinya. Kehilangan sosok sahabat akan sangat menyakitkan daripada kehilangan sosok pacar.
Begitu pun dengan Langit, air matanya menetes tanpa permisi. Sungguh, dia sangat menyesal pernah bersikap dingin terhadap Bulan. Meskipun, ada alasan dibalik itu.
Rain dan Langi yang dari tadi mendengarkan cerita Laskar juga ikut menitikkan air mata. Mereka ikut bersedih atas kecelakaan yang menimpa Bulan.
Rain mendekat ke samping Laskar. Dia memegang sebelah bahu Laskar, mencoba menyalurkan energi. "Udah, Las. Jangan dilanjut ceritanya."
Laskar menggeleng. "Nggak, Ra. Lo harus tahu kebrengsekan dia. Supaya lo bisa hati-hati kalau dekat dengan dia."
Langit hanya bisa menunduk, karena semua yang diceritakan Laskar memang terjadi tapi dia tidak pernah ingin Bulan pergi. Bahkan dia tidak pernah kepikiran kalau Bulan akan pergi. Bulan adalah sahabatnya, sahabat pertamanya. Dia yang memberikan keceriaan yang sempat hilang. Langit sayang Bulan, sebagai teman.
"Ra, gue mau lanjutin ceritanya." Laskar menghembuskan nafas dalam-dalam, lalu dia pun mulai bercerita kembali.
Flashback on
Laskar sedang dalam perjalanan pulang, dia baru selesai les yang saat itu diantar oleh supir pribadi keluarganya.
"Gue yakin, Bulan pasti akan suka bunga mawar ini." Laskar berkali-kali mencium bunga yang berada di dalam pelukannya.
"Nanti kita ke rumah Bulan dulu, 'ya, pak!" ucap Laskar dan diangguki supirnya.
Di pertengahan jalan menuju rumah Bulan, Laskar melihat kerumunan warga di tengah jalan.
"Duh macet!" ucap supir Laskar.
"Itu ada apa, 'ya, pak?" tanya Laskar heran.
"Kecelakaan tuh pasti, den!" jawab supirnya.
"Kita ke pinggir dulu, pak. Aku mau lihat kerumunan itu dulu!"
Mobil pun menepi dan Laskar keluar dari mobilnya. Dia sendiri heran, biasanya jika ada kecelakaan atau apa pun itu dia tidak akan mau repot-repot melihat siapa dan kenapa korban bisa kecelakaan. Tapi sekarang, kaki dan badannya seolah tergerakan untuk melihat kerumunan itu. Dan betapa terkejutnya, ternyata korban dari kecelakaan itu adalah sahabatnya.
"Bulan!" pekik Laskar.
"Bulan, bangun! Bulan!" Laskar mencoba menepuk-nepuk pipi gembil Bulan yang bersimpah darah.
Bulan membuka matanya perlahan, dia menatap mata Laskar yang sedang khawatir dan ketakutan. Nafasnya melemah dia hendak mengatakan sesuatu pada Laskar namun perkataannya tersangkut di tenggorokan. Bibirnya terlalu lemas untuk berbicara. Tiba-tiba pandangannya pun buram, dan dia tidak sadarkan diri kembali.
Laskar menggoyangkan tubuh mungil Bulan. "Bulan! Bangun Bulan!"
"Pak Supri! Pak Supri, cepet bawa Bulan ke rumah sakit!" Supir Laskar pun langsung membopong Bulan ke dalam mobil untuk membawanya ke rumah sakit.
Laskar kini sedang menunggu di luar ruangan ICU, tempat Bulan ditangani dokter. Bibirnya terus melafalkan doa supaya sahabatnya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Teen FictionPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...