-27- TWO IN ONE HEART

77 6 0
                                    

Happy reading ^^
______________________

Rerumputan hijau yang segar dan empuk itu terbentang luas, di atas rumput itu terbaring seorang gadis dengan paras yang ayu dan rambut yang lurus bergelombang berwarna sedikit kecoklatan.

"Bangun, Rain!" panggil seseorang yang berdiri di depan Rain, mampu menyadarkan sang pemimpi.

Rain membuka perlahan kelopak matanya dan terkejut ketika menyadari dirinya terbaring bukan di atas kasur empuknya. Rain tidak mengenali tempat yang sedang dia pijak sekarang. Dia di mana?

Dan orang yang membangunkannya, dia siapa? Sungguh Rain tidak pernah mengenalinya. Rain terduduk dan bertanya, "Lo siapa?"

Pertanyaan Rain tidak mendapat jawaban langsung darinya. Gadis itu hanya tersenyum dengan sangat manis dan duduk di samping Rain. Rain dapat memperkirakan usia gadis ini pasti sama dengannya.

"Terima kasih, Ra." Gadis itu menatap lekat mata Rain. "Terima kasih sudah menghilangkan awan hitam yang menutupi kehidupanku."

"Maksud kamu?" heran Rain.

Tetapi alih-alih menjawab pertanyaan Rain, gadis itu kembali melanjutkan perkataannya dengan berkata, "Kini langitnya sudah kembali mem-biru dan laskar pelangiku akan tercipta di atas langit sana."

Mata gadis itu menatap langit cerah yang berada di atas. Rain pun ikut menatap ke atas. Langitnya memang indah ditambah awan putih yang membuat Maha karya yang tidak bisa ditandingi apapun. Pohon-pohon di sekitar tempat ini pun, membawa kesejukan, membuat siapapun betah berlama-lama di sini. Termasuk Rain.

"Gue gak ngerti." Rain berusaha menghentikan perkataannya. "Sekarang gue mau tanya sama lo, karena cuma ada lo di sini."

Ekor mata gadis yang mengenakan dress putih selutut itu menoleh dengan senyuman yang terus terukir indah di bibirnya. "Apa?"

"Pertama, gue ada di mana, lo siapa dan apa maksud semua perkataan lo tadi?" Deretan pertanyaan yang memenuhi benak Rain akhirnya bisa terlontarkan dengan jelas melalui bibirnya.

Gadis itu tersenyum melihat wajah Rain yang nampak kebingungan. "Sekarang kamu ada di tempat aku."

Rain mengerucutkan dahinya membuat gelombang di sana. "Dan lo, lo siapa?"

"Aku adalah orang yang sudah kamu selamatkan hidupnya." Jawaban yang semakin membuat Rain kebingungan.

Tiba-tiba angin berhembus sedikit kencang, debu pun berterbangan menghalangi sorot pandang mata Rain. Tangannya berusaha menghalau debu itu supaya dia bisa melihat apa yang terjadi di sekitarnya.

Sebisa matanya menerawang, gadis yang duduk di sampingnya tadi berjalan ke arah depan, menuju sebuah titik terang. Dia berjalan seolah tidak terjadi apa-apa di sekitarnya, badai dan angin kencang pun tidak menggoyahkan langkah kakinya untuk menuju titik terang itu.

"Eh, tunggu! Tungguin gue!" Rain ketakutan karena akan ditinggal sendirian di tempat yang tidak dia kenali, di tengah badai pula.

Rain bangkit, berusaha mengejar langkah gadis tadi. Tapi kakinya tidak kuat untuk berdiri tegak. Angin yang menerpanya begitu sangat kencang.

Beberapa saat kemudian, antena telinganya mendengar suara khas jam beker miliknya yang biasanya dia simpan di atas nakas kamarnya.

Rain Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang