"Perbedaan itu nyata. Bukan tentang perbedaan fisik atau pikiran yang dipunyai oleh masing-masing orang, tetapi tentang perbedaan perlakuan oleh orang yang kita sayang."
-RaindinaLaskar kini sudah memarkirkan motor kesayangannya di garasi depan rumahnya. Rumah dengan halaman yang luas juga terdapat berbagai macam tanaman hias di setiap penjuru rumahnya.
Ketika membuka pintu depan rumahnya, tidak heran jika setiap dia pulang pasti keadaan rumah akan kosong. Menjadi anak tunggal dan juga kedua orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing bahkan terkadang mereka sampai lupa pulang. Laskar selama ini hanya tinggal bersama dengan asisten rumah tangganya.
Mungkin sebagian orang akan berpikir, hidup laskar enak karena ia akan dengan mudah mendapatkan semua hal yang ia mau dengan cepat tanpa harus bekerja keras. Namun, yang laskar inginkan bukan itu, ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya. Ia hanya ingin kedua orang tuanya selalu ada di rumah dengan ibu yang memasakkan sarapan untuk mereka dan ayah yang sedang membaca koran. Sungguh itu adalah pemandangan yang ingin ia rasakan, walaupun hanya sekali dalam seumur hidupnya.
Begitu sedang menaiki tangga menuju rumahnya. Seseorang memanggilnya dengan suara yang familiar. Suara yang selalu menemaninya dari kecil hingga sekarang ia remaja.
"Eh, aden laskar udah pulang?" tanya bi Uti----asisten rumah tangga keluarga laskar. Ia dan suaminya----mang Dadan sudah bekerja dengan orang tua laskar semenjak mereka menikah.
"Iya Bi. Eum ... Bunda sama ayah belum pulang?" tanya Laskar berbasa-basi.
"Belum den, katanya mereka lembur. Oh iya, nanti Aden mau bibi masakkin apa buat nanti makan malam."
"Apa aja boleh bi."
"Masakan apa aja itu yang kayak gimana den. Itu makanan baru di restoran yaa? Bibi gak tau den," canda bibi berusaha menghibur anak majikannya. Ia tahu semua yang dirasakan oleh Laskar mulai dari kesepian ketika dia berada di rumah karena orang tuanya yang lambat pulang. Mereka paling cepat mungkin jam tengah malam lalu berangkat lagi sebelum jam 6. Oleh karena itu, kadang Laskar tidak pernah melihat orang tuanya selama seminggu.
"Yaelah bibi bisa aja," kekeh Laskar.
"Makanya den, yang jelas dong jawabannya."
"Haha aku mau sayur bayam sama ayam goreng buatan bi Uti yang paling enak se-jagat raya."
"Ah Aden bisa aja. Yaudah nanti bibi buatin, sekarang aden bersih-bersih dulu gih."
"Siap komandan." Dan sedetik kemudian Laskar menghilang di balik pintu kamarnya.
🌧️🌧️🌧️
"NENEK!" pekik Langi begitu ia melihat sang nenek berada di ruang tamu rumahnya. Dia sangat merindukan neneknya yang jarang mengunjunginya karena neneknya tinggal di Amsterdam. Jadi suatu kebahagiaan ketika melihat neneknya ada di rumahnya.
Lalu Langi langsung mencium punggung tangan neneknya dan berhambur ke dalam pelukannya. "Aku kangen nenek!"
"Nenek juga kangen cucu nenek yang paling nenek sayang ini," balas sang nenek Kay.
Setelah pelukan itu terlepas, masuklah seorang gadis dengan deru jantung yang sangat cepat. Lalu dengan sisa keberanian yang ia punya, ia menghampiri neneknya.
"Assalamualaikum Nek!" ucap Rain sembari menjulurkan tangan kanannya hendak bersalaman dengan sang nenek.
"Waalaikumsalam." ketus nenek Kay tanpa menghiraukan juluran tangan Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Story [END]
Teen FictionPernahkah kamu merasakan hidup kamu berubah 180 derajat? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini berputar? Pernahkah kamu merasa kehidupan ini tidak adil? Pernahkah kamu dibenci oleh semua orang, karena kamu bisa mendapatkan segalanya? Aku pernah merasa...