-57- PERASAAN TIDAK BISA DIPAKSAKAN, LANGI!

50 5 0
                                    

Happy reading ^.^

________________________________

"Langi mau rayain hari ultah kami, Nek, Ma?! Wah, seneng banget!" lantang Rain.

Nenek Kay menatapnya tajam. Jujur saja dia kaget karena Rain yang muncul dari balik pintu secara tiba-tiba. "Kamu ini anak gak tahu sopan santun! Sebelum masuk ke dalam rumah itu ketuk pintu dulu!"

Rain bungkam. Dia sadar, dia salah. Tadi dia terlampau senang mendengar pembicaraan keluarganya. "M-Maaf, Nek. Rain gak akan ngulangin lagi."

Nenek Kay menghela nafas kasar, lantas pergi dari ruang tamu. Dia malas jika harus berhadapan dengan Rain. Dia takut emosinya memuncak, lalu kelepasan memarahi Rain.

"Heh, Rain! Ultah gue emang mau dirayain, tapi jangan harap ultah lo dirayain juga!" Langi tertawa puas.

"Ma-maksud lo apa Langi? Kita kan kembar, ultah kita juga di tanggal, hari dan bulan yang sama. Nanti kita juga bakal ngerayain ultah bareng-bareng kan kayak dulu sewaktu Papa masih ada?" tanya Rain.

Mendengar Rain menyebut nama Ayahnya, Senja menjadi naik pitam. Dia jadi ingat, penyebab suaminya kecelakaan adalah karena hendak menjemput anak angkatnya itu. Tapi sebisa mungkin, dia tidak boleh lepas kendali mengontrol emosinya.

"Kalau ultah lo dirayain, maka ultah gue juga bakal sama dirayain juga kayak lo. Bener kan, Ma?" Rain menatap Senja.

"Enggak. Hanya ultah Langi yang akan dirayakan. Dan sebaiknya saat acara berlangsung, kamu pergi dari rumah dan jangan mendekati area acara. Saya tidak mau acara ulang tahun anak saya hancur karena kamu!" tukas Senja, tanpa peduli perasaan Rain.

"T-tapi Ma, Rain juga kan anak Mama. Rain sama Langi itu saudari kembar. Dulu juga kita sering ngerayain ultah bareng-bareng. Kenapa sekarang hanya Langi, sementara aku harus pergi dari rumahku sendiri?"

"Diam Rain!" Senja menampar keras pipi Rain, dia tersulut emosi sehingga tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Sejak kapan saya ngajarin kamu untuk membantah perkataan orang tua, hah?! Kalau saya bilang hanya ultah Langi, yaudah terima, jangan ngebantah! Ngerti kamu?!" teriak Senja penuh emosi.

Rain sangat terkejut karena emosi Mamanya tiba-tiba saja meluap. Dia terpaku di tempatnya. "I-iya, Ma. Maafin Rain." Tangannya memegang pipi yang kini sudah menjadi merah akibat tamparan dari Mamanya.

Senja pergi menuju kamarnya. Kini tinggal Rain dan Langi yang ada di ruang tamu. Langi tertawa puas melihat Rain ditampar oleh Mamanya.

Langi berjalan mendekat ke hadapan Rain. Dia mengolok-olok Rain. "Ish ish, kasian. Pasti sakit ya itu pipinya?"

Tidak ada balasan dari Rain. Dia hanya melihat Langi yang terus tertawa di depannya.

"Yeah, anggap saja itu balasan karena tadi pagi Fina udah nampar pipi gue hanya buat belain lo!"

Rain duduk di kursi yang berada di sampingnya. "Ngi, kenapa kita jadi kayak musuh gini sih? Padahal gue adalah kakak lo dan lo adalah adik gue sekaligus sahabat gue. Gue mau kita kayak dulu lagi, Ngi."

Langi menatap sinis Rain. "Lo emang bener-bener egois, Ra. Lo gak ngerasa bersalah apa, hah? Lo udah khianatin gue, Rain! Lo udah nusuk gue dari belakang dan sekarang lo mau gue baik sama lo gitu?"

Rain Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang